Rabu, 11 Februari 2015

Mimpi ke USA dengan Hubert H. Humphrey Fellowship Program (1)

Setelah memperoleh kesempatan kursus singkat ke Belanda, tentu -seperti kebanyakan orang- aku ingin mendaki tangga yang lebih tinggi lagi hehe...  Seperti orang yang sudah pernah naik haji dan ingin kembali lagi, begitulah kondisiku.  Ingatan akan kota-kota luar negeri yang teratur, humanis, bebas populasi, dan sistem pengajaran yang merangsang kreatifitas, semua itu masih terbayang-bayang dan meletup-letup dalam benakku. Aku ingin mereguk dan merasakan keindahan itu lagi. 

Yes, I want more.  Berbekal keinginan tersebut, aku berusaha memperoleh beasiswa lagi untuk level master.  Setiap lowongan beasiswa aku daftar, step by step seleksi sudah dijalani, tapi ternyata Tuhan berkehendak lain.  Kecewa? Tentu. Tapi toh aku semakin percaya bahwa usaha manusia hanya akan tetap bernilai usaha kalau Tuhan belum memberi izin. Jadi kalau scholarship hunter bertanya kepadaku tentang cara memperoleh beasiswa, jawabannya boleh dikatakan klasik, usaha tak kenal lelah dan izin dari Tuhan.  Menurutku, izin dari Tuhan ini yang bisa kita pinta dengan doa. 

Untuk mengobati kekecewaan, aku melamar pendidikan master dalam negeri dan melamar short course lagi, kali ini ke Amerika...

Terbayang-bayang foto di depan gedung putih, berinteraksi dengan teman-teman dari negara lain, mendengar Obama pidato pada 4 Juli dari dekat, ah.. sepertinya indah.

Mimpi, jelas...

Berhubung aku bukan dari kalangan akademisi, tentu keyword yang aku pakai untuk searching di google adalah short course for professionals or mid-career professionals. Simply as it is.  Dan aku menemukan Hubert H. Humphrey Fellowship Program ini.  Sedikit sekali atau hampir tidak ada blog tentang penerima program ini di internet, sehingga aku tidak bisa mencopy langkah-langkah penerima beasiswa ini sebelumnya.  Application form beasiswa ini bisa diperoleh di www.aminef.or.id



Sebelumnya, aku merasa kurang percaya diri untuk mendaftar beasiswa Humphrey ini, karena aku dulu sekali (entah tahun berapa hehe..) pernah melamar beasiswa CCIP dan gagal, sehingga saat mendaftar beasiswa Humphrey ini pada awalnya sempat hopeless duluan.  Tapi pengalaman mendapat beasiswa Short Course ke Belanda membawa mantra baru dalam jiwaku, nothing to lose..

Entah kapan aku mengirim aplikasi ini, bener-bener lupa dengan beasiswa ini, gak konsen sama sekali dengan beasiswa ini karena mengharap mendapat beasiswa lain hehe... Yang aku ingat, aku mengirim berkas aplikasi seminggu sebelum deadline, karena aku telah merasakan pahitnya ngirim dokumen -2 hari dari deadline, ternyata masih ada syarat yang belum terpenuhi. Kalau dari website aminef, deadline beasiswa Humphrey ini 15 April tiap tahunnya.  Seminggu sebelumnya, aku telah bergerilya ke kota sebelah tempat mantan atasanku sekarang berdinas.  Biasa, minta isi confidential letter of reference dari employer.  Pas bagian penilaian, mantan atasanku ini bertanya, mau dinilai berapa hehe..? Ya yang bagus pak, jawabku.

Setelah membaca lagi syarat-syarat yang dibutuhkan, aku mengirim berkas tersebut.  Menjadi lupa karena aku juga mengirim berkas aplikasi beasiswa master yang lain.  Dan sebagai manusia aku berhak kecewa, karena berkas-berkas aplikasi beasiswa master itu belum ada yang berhasil.  Aku sebenarnya iri pada seseorang yang melamar beasiswa 1 kali dan langsung berhasil, tapi takdir itu bukan untukku.  Aku ditakdirkan harus bekerja keras untuk memperoleh beasiswa.

Hingga pada tanggal 23 Juni 2014, email dari Indonesian Fullbright Selection Information dengan sukses mendarat di inboxku.


Dear Mr Putro.

We are pleased to inform you that the AMINEF selection committee has finished their review on the Hubert H. Humphrey Program applications, and would like to consider you for an interview which is tentatively scheduled on Friday, June 27, 2014, at AMINEF Office, CIMB Niaga Plaza 3rd Floor, Jalan Jenderal Sudirman Kav. 25, Jakarta.

Please kindly confirm your participation in the interview by replying this email without changing the email’s subject no later than today at 4.00 pm by email to Ms. XX at  ..  and Ms YY at   It is also important to inform us the city you are currently living in and your active cell phone number. AMINEF staff will contact the ones who reside outside of Java Island regarding the transportation arrangement.

Official letter of invitation for the interview, including the confirmed schedule, will be sent to you later after we receive your confirmation.

Should you have further questions, please do not hesitate to contact Ms. XX/YY at 021-529XXXXX.

Thanks and Regards,

============================================================
Indonesian Fulbright Program Team
American Indonesian Exchange Foundation (AMINEF)
CIMB Niaga Plaza
3rd Floor, Jl. Jend. Sudirman Kav. 25
Jakarta 12920
     
Kaget? Jelas.  Surprise? Ya.  Email pengobat kekecewaan dari Aminef tersebut benar-benar tidak disangka-sangka dan telah membuat baterei semangatku seketika naik ke level full. Mimpi? Tidak.  Oh, USA sedang di depan mata. Thanks God (#sambil menatap tak percaya layar komputer di kantor dengan terharu).


  

Amerika, I'm coming... Jumpa lagi di post berikutnya.

Sabtu, 29 November 2014

Yang tertinggal di Groningen...

Teman-teman, mungkin ini adalah posting terakhirku tentang perjalanan kursus singkat ke Groningen.  Postingan selanjutnya akan bertema gado-gado.  Baiklah, hari ini aku cuma mau menambahkan foto-foto selama di sana agar tak terlupakan oleh waktu.





Gambar tersebut adalah suasana saat penerimaan sertifikat short course sebagai tanda telah berakhirnya kegiatan short course tahun tersebut.  Dari kanan ke kiri : Amanda, Fanny, Katty, Me, Yaya, Damodar, and Stiny.. 

Sebenarnya pesertanya ada 5 yakni Aku, Katty, Yaya, Damodar dan Tashee.  Sayang sekali, Tashee harus pulang terlebih dahulu ke Bhutan karena thesis masternya mau dibeli oleh penerbit buku terkenal.  Selama prosesi, kita dipanggil maju satu per satu dan diberi tahu tentang kelebihan kita dan kesediaan ruang improvement (bahasa kasarnya sih kekurangan kita hehe...).  Karena lulusan statistik, kelebihanku memang di computing, kalau penulisan paper suka amburadul bahasanya hehe...

Karena ini cuma lulusan short course, maka prosesi tidak dilaksanakan di academic building yang kesohor itu.  


Pertama kali melihat academic building untuk menerima uang beasiswa, gedung ini terlihat dan terasa sangat megah dan anggun.  Ada tangga berkarpet merah tempat para lulusan master atau doktor biasa berfoto dengan berlatar belakang kaca mozaik atau foto para ilmuwan yang dihasilkan universitas ini.  Pokoknya merinding...



Foto di atas merupakan pemandangan jendela kamarku yang sebenarnya menghadap belakang gedung.  Tapi view depan dan belakang gedung tidaklah berbeda, ya seperti itulah suasana Belanda.  Kalau di Indonesia, kaca depan menghadap jalan, kaca belakang menghadap kebun.  Tapi di Belanda, menghadap depan atau belakang sama saja, tetap menghadap jalan.

Gedung depan sebelah kiri dihuni oleh para penyandang disabilitas.  Ini yang membuatku takjub di Belanda.  Jadi penyandang disabilitas dikumpulkan di salah satu gedung tersendiri (mungkin biar mereka tidak minder kali ya) dan mereka harus bisa mengurus keperluannya sendiri sebagaimana teman-teman sebayanya yang normal.  Memang terasa aneh bagi anak muda di Belanda untuk tinggal bersama orang tuanya, khususnya saat usia kuliah.

"Bagaimana kalau orang tuamu sudah sangat renta?" tanyaku suatu hari pada Fionne, gadis Belanda teman kuliah.  
"Oh, we simply sent them to nursing home" 

Well, aku jadi ingat pepatah, rantai akan mengikat kuat dengan rantai yang besarnya sama.  Yang disabilitas dikumpulkan dengan yang disabilitas, yang jompo dikumpulkan dengan yang jompo.  Ini untuk mendekatkan dan meningkatkan mutu pelayanan sosial yang diorganisir oleh negara kepada yang berhak.  Sound so good? Entahlah, aku rasa hal seperti ini tidak (atau belum??) sesuai dengan budaya Indonesia hehe...

Balik lagi ke pemandangan depan jendela kamarku, terlihat perubahan suasana saat pergantian musim gugur ke musim dingin.  Karena dari negara tropis, aku suka kedua musim tersebut.  Musim gugur dengan daun-daun kering kuning bertebaran di jalan-jalan kota akibat ditiup angin.  Aku membaui tanah, daun, angin,.. Aku sering duduk sendiri di bawah pohon sambil menanti daun-daun berguguran.  Ternyata untuk bahagia, tidak harus uang yang turun dari langit.  Dedaunan yang jatuh pun bisa membuatku sangat bahagia kala itu... Terima kasih Tuhan.

Bagai kanak-kanak, pertama kali melihat salju turun juga merupakan kegembiraan luar biasa.  Inilah dia salju yang biasa aku lihat di TV-TV dengan suhu minusnya yang luar biasa, umumnya malah sebelum turun salju.  Jadi, sebelum salju turun, biasanya suhu drop dulu sampai minus dan menjadi sangat dingin untuk ukuran orang Indonesia, baru ketika salju turun, suhu menjadi lebih stabil dingin hehe...






Ceritanya, sesampai di Belanda, aku mengalami gegar budaya alias tidak mau makan nasi selama hampir satu bulan (aneh ya...).  Temenku yang dari Australia sampai tertawa ketika aku menceritakan hal ini dan meminta saran tentang macam cara memasak kentang.  Akhirnya, aku mencoba cara pengolahan kentang sebagaimana yang diberitahukannya.

Tapi yang paling enak ternyata yang gambar bawah.  Kentang di oven setelah sebelumnya ditusuk-tusuk dengan garpu, dilumuri minyak zaitun dan sedikit garam.  Setelah kulit kentang terasa kering, baru dikeluarkan dari oven dan dibelah, diolesi mayonaise, abon dan saus sambal. Betulan, ini yang paling enak, aku bisa menghabiskan kentang 2 kg setiap bulan hanya untuk buat sarapan ini.

Oke, terima kasih semua... Posting selanjutnya tentang hal yang lain ya..


Minggu, 28 September 2014

Pergi ke Amsterdam kali kedua

Mohon maaf buat pembaca blogku yang sederhana..

Aku memutuskan untuk melanjutkan cerita tentang kepergianku ke Amsterdam untuk kali kedua, walau kejadian itu sudah berlangsung 2 tahun yang lalu.  Ya, istilahnya retrospective lah.  Meski ceritanya terasa basi dan hambar, tapi aku ingin membayangkannya lagi. So please, jangan protes..!

Perjalanan ke amsterdam saat itu, penuh perasaan yang mengaduk-aduk emosi.  Sebentar lagi aku akan pulang, betapa amazingnya Tuhan, how cute this country is, dan aku ingin menikmati detik-detik terakhir di Belanda ini dengan menghirup udara segar dalam-dalam.  Seperti biasa kereta api pertama dari Groningen ke Amsterdam berangkat pagi buta berwarna gelap.  Misiku kala itu jelas, beli souvenir lebih banyak!

Sepanjang perjalanan aku hanya melamun, menatap salju putih yang menutupi sebagian bumi, diselingi makan pagi roti tawar dilapisi coklat putih dan sebotol jahe susu hangat.  Penumpang saat itu tidak terlalu banyak, dan masing-masing dari mereka juga sedang makan sandwich.  Aih aih, tidak disangka aku sudah punya habit yang sama dengan bule-bule itu.  Di tengah perjalanan, kondektur kereta mengecek karcis sambil menyapa tersenyum “Guten Morgen”..  Waduh, tiba-tiba saja aku merasa seperti pelarian yang mencari suaka di Belanda :D).  Aku hanya menyahut berwibawa “morgen..” sambil tersenyum.  Bener-bener lagak meneer betulan..

Tiket Dagkaart yang aku pakai saat itu

Sampai di Amsterdam, tentu saja masih pagi namun sudah terang dan tetap dingin seperti biasa.  Aku tidak sedang terburu-buru, aku sedang menikmati kesendirianku melancong di negeri asing, dan aku ingin menikmati setiap detiknya.  Langkah pertama adalah mengambil uang di GWK Travelex sebesar 300 euro, cukuplah untuk beli oleh-oleh.  Untuk tidak mengulangi pengalaman pertama kali mengunjungi Amsterdam, aku mengambil jalan lain.

Cash passport yang hanya bisa dicairkan di GWK Travelex

Nieuwendijk.... Ya, aku lewat jalan itu.  Ternyata di jalan inilah surga belanja tersebut berada, mulai dari jajaran toko-toko branded, kumpulan toko souvenir hingga penginapan murah seperti flying pig, dll.  Udara bertambah dingin, aku berjalan dekat pintu toko-toko agar terkena panas sesaat.  Dan di jalan Nieuwendijk ini ternyata ada Blokker.  Iseng aku mencari coklat di toko ini sambil menghangatkan badan.  Saat itu, belum banyak yang berbelanja di dalam, maklum masih pagi.  Dan ternyata.... berbungkus-bungkus coklat masih ada disana.  Bungkusan coklat yang sudah ludes di toko-toko di Groningen.  Wuahh.. menjadi gelap mata.  Pingin memborong semua, tapi teringat bagaimana cara membawanya pulang.  Akhirnya hanya beli seperlunya.

Berlanjut ke toko souvenir.  Ada teman yang minta kaos Ajax original dan ketika aku lihat harganya, busyeett...mahal bo!!.  Tidak jadi beli.  Ke toko souvenir, masih mengaduk-aduk yang khas dan beda, tiba-tiba prangg... souvenir kincir angin meluncur jatuh dari tanganku.  Aduuhh..pecah berarti membeli ga ya? Si pemilik toko memandangiku, aku memasang tampang melas sambil berkata “I am sorry”.  Ya Allah, tolong aku, doaku.  Secepat kilat, bule penjaga toko berkata “Never mind, just take another one”.  Really? Tegasku.  Tiba-tiba sifat asliku yang penuh senyum kembali.  Terima kasih mas bule..

Perjalanan berlanjut ke Magna Plaza.  Aku rasa bangunan ini seperti mall di Surabaya, tapi menurutku lebih menarik mall di Surabaya.  Banyak makanan, toko-toko, anak-anak berlarian, dan tentu saja diskon.  Saat itu keadaan bangunan magna plaza masih sepi pengunjung yang membuatku tidak pede kalau hanya window shopping.  Cepet-cepet pergi deh.

Magna Plaza (bukan hasil jepretanku, HD eksternal sudah rusak)
Destinasi selanjutnya adalah Anne Frank House di jalan Prinnsengracht.  Susah payah aku berjalan sepanjang trotoar bersalju nan licin jalan Raadhuisstraat dan Westermarkt hanya untuk sampai ke tempat ini.  Sampai ke tempat tersebut, antriii makkk... Akhirnya tidak jadi mampir.  Jalan kaki lagi berlanjut menuju organic farmers' market di jalan Noodermarkt.  Sampai di tempat ini, kembali aku disappointed.  Ternyata pasar unik vegetarian yang dimaksud oleh mahasiswa PPI Amsterdam adalah pasar kaki lima yang lebih banyak menjual apparels daripada produk vegetarian.  Baju-baju bekas, sayur buah yang bisa ditemui dimana-mana, pernak-pernik perhiasan imitasi, daging, keju, dan of course lumpia.  Aku berkeliling sampai tiga kali untuk memastikan bahwa tidak ada barang menarik yang aku lewatkan.   Dan ternyata memang tidak ada yang benar-benar menarik.  Masih lebih menarik Grote markt Groningen..

Noodermarkt
Anne Frank House

Sudah jam 1 siang lewat.  Perutku keroncongan minta diisi.  Dengan bergegas aku menuju restoran Indonesia (lupa namanya) yang sudah aku cari lewat google map beberapa hari sebelumnya.  .... Apakah aku ingin makan makanan Indonesia? Kan sebentar lagi aku pulang dan bisa memuaskan lidahku, pikirku.  Tapi di restoran itu biasa tempat berkumpul orang-orang Indonesia, mungkin enak kali ya ngumpul-ngumpul sama orang Indonesia, rayu pikiranku.  Sepanjang perjalanan mencari restoran itu, aku berhenti berkali-kali.

Berhenti pertama, melihat kanal-kanal di Amsterdam yang sedang membeku dan diratakan secara manual agar bisa dilalui sepatu ski.  Ternyata banyak juga yang “ndeso” dan melihat bagaimana kanal tersebut diratakan selain aku.  Banyak juga lho yang berkulit putih berambut pirang.  Dari mana ya mereka itu, kok bisa se-ndeso aku?  :D) Melewati toko-toko, aku melihat toko keju unik yang membungkus keju dengan kemasan yang sangat-sangat menarik.  Lucu-lucu, pokoknya.  Inilah tempat berhentiku kedua.  Aku sebenarnya ingin membawa satu untuk oleh-oleh istri, tapi kebingungan cara membawanya pulang ke Indonesia.

Kanal-kanal di Amsterdam yang membeku

Aha!! Ternyata ketemu juga restoran Indonesia itu.  Tapi pikiran manusia bisa berubah secepat kilat, dan termasuk aku saat itu, tanpa tahu alasannya apa.  Tiba-tiba saja aku tidak ingin masuk, tiba-tiba aku tidak ingin makan masakan Indonesia, tiba-tiba aku ingin pergi berlalu begitu saja.  Tapi perutku semakin meronta didera dinginnya udara.  Aku menyesal kenapa tidak membeli kebab murah yang kutemui di pinggir jalan tadi.  Lebih baik aku pulang dan beli patat di stasiun..

Dalam perjalanan ke stasiun, aku masih mampir ke supermarket (lupa lagi namanya) membeli jaket berwarna biru laut yang bagus dan murah menurutku.  Aku ingin membeli baju juga untuk istri, tapi belahan dada baju-baju tersebut rendah semua.  Uhuy, bisa sexy neh istriku.  Aku jadi teringat teman-teman short course dari Australia yang sering menggunakan baju model begitu.  Meski risih dipandangi banyak orang, toh mereka tetap pakai baju model gitu, sambil tangannya sesekali merapikan baju bagian belahan dada. 

Entah jam berapa aku balik lagi ke stasiun.  Aku tidak menyangka ada jadwal kereta langsung ke Groningen saat itu.  Tidak tercantum di internet, menurutku.  Suatu kebetulan yang menguntungkan!  Tanpa basa-basi, aku naik kereta itu sebelum salju turun lebih lebat.  Selalu turun salju dalam dua kali kunjungan ke Amsterdam.
 

Amsterdam, hmm.. Cerita menarik untuk anak cucuku kelak.

Kamis, 16 Mei 2013

Pulang ke Indonesia (2)...

Pesawat yang membawaku ke Jakarta terbang dari Schipol tepat pada jam yang yang telah ditentukan yaitu 12.00 siang. Melihat pesawat yang akan membawaku lintas benua, sempat takut juga. Kelihatan kecil banget.. bagaimana kalau anginnya lebih kencang, bagaimana kalau.. ah, mikir yang jelek2 pokoknya. Tapi, bismillah, segenap kekuatan hanya milik Allah..

Banyak blog yang menggambarkan suasana ketika berangkat, namun sedikit yang mendeskripsikan suasana saat pulang..

Suasana saat pulang, tentu saja senang banget karena mau bertemu keluarga:) Cuma sayangnya, belum banyak hal-hal di Belanda yang bisa dijadikan cerita dan dieksplore lebih jauh. Di dalam pesawat, aku merangkai lagi cerita-cerita berburu beasiswa sampai aku pulang, sangaaattt indah.... Di dalam pesawat aku lebih banyak diam, flashback ke masa lalu. Tak terganggu oleh bule di sampingku yang cekikikan lihat film di layar depannya.. Tak urung, aku ikut tertawa dalam hati. Teringat waktu berangkat dulu belum tahu cara menggunakan headset dan remote control yang tersedia ditiap kursi pesawat hehe...

Setelah itu, makan siang tersedia dengan melimpahnya.  Cita rasa KLM memang masih cocok di lidah asia, namun aku memilih masakan Eropah. Kalau pilihannya nasi lemak apa kentang, tentu aku pilih kentang, soalnya aku juga kurang suka nasi lemak. Setelah minum, ngemil, nonton film, pilih lagu, tidur ga nyenyak.. Eh, kok sudah tersedia makan pagi. 

Tidak ada makan malam saudara2...

Jam berapa sih? Jam 6.00 waktu Belanda. Jam tanganku masih memakai waktu Belanda. Untuk pagi itu (entah waktu mana?) aku memilih roti saja, soalnya masih kenyang.

Cepat waktu berlalu, setelah makan pagi, kapten memberi tahu bahwa pesawat akan landing di Bandara International KL. Waduh, waktu masih gelap. Pesawat akan meneruskan perjalanan ke Jakarta pukul 09.00 waktu KL. Tapi, jam berapa ya sekarang di KL? Akhirnya aku tanya pada penjual es teh, jam berapa sekarang waktu KL. Ternyata pesawat mendarat lebih cepat dari waktu yang ditetapkan. Aku bahkan sempat menikmati matahari terbit dari bandara KL..







Sunrise di Bandara International KL..









Sepertinya, lama banget aku di Bandara KL ini.. Aku sempat melihat toko coklat, eh ternyata sama dengan coklat yang aku bawa dari Belanda. Harganya? Tiga kali lipat. Untung aku sudah beli di Belanda.. Kemudian aku melihat air keran siap minum yang tersedia gratis di salah satu pojok bangunan (Indonesia sudah ada belum ya?). 

Di Bandara KL ini aku sempat katrok lagi. Entah mengapa, tiba2 aku merasa, apakah koperku otomatis dipindah ke pesawat yang akan membawaku ke Jakarta ataukah aku harus mengambilnya dulu di ruang klaim bagasi. Mungkin karena kebingungan, aku ditanyai sama polisi sana. "Ada apa pak cik?" Aku sebenarnya ingin tertawa, ingat film Ipin Upin hehe... Tapi karena panik, aku tidak bisa tertawa, lalu aku ceritakan masalahku dan polisi itu menyarankan aku untuk menuju konter informasi. Hasilnya? Bagasi anda akan langsung diangkut ke pesawat. Huf.. lega.

Jam 09.10 tepat, pesawat KLM yang akan membawaku ke Jakarta tinggal landas dengan mulus. Naik pesawat KLM ke Jakarta seperti naik pesawat pribadi. Beneran loh.. Dengan jumlah kursi yang mencapai ratusan itu, penumpangnya paling 20-an orang, gila ga.. Oh, betapa nyamannya. Kursi depan, samping, belakangku, melompong. Sepertinya pesawat jurusan jakarta ini difungsikan untuk trainee pramugara2 yang baru. Lagi-lagi aku mendapat makan pagi. Gila.. kan tadi sudah makan pagi, kok sekarang makan pagi lagi.. Aku tidak berselera, hingga aku minta air minum saja yang banyak.

Pesawatpun mulus mendarat di Jakarta..


Foto2 di Bandara KL..




Minggu, 21 April 2013

Pulang ke Indonesia (1) ...

Lama juga tidak mengunjungi blog ini, semoga masih bermanfaat.

Setelah tiga bulan tinggal di Belanda, dengan segala suka dukanya, maka tibalah saat kepulangan ke tanah air tercinta. Wuih, sebelum kita berkunjung ke Luar Negeri dan tinggal lama di negeri orang, kita tidak akan pernah tahu indahnya mengucapkan "tanah air tercinta" hehe.. Sebelumnya, aku manfaatkan sisa2 hari di Belanda untuk mengunjungi Amsterdam untuk kedua kali dan berbelanja bermacam-macam suvenir dan coklat.







Bermacam-macam ukuran coklat yang aku bawa pulang, semua aku beli di Kruidvart, mumpung ada diskon. 
Tetap saja kurang setiba di tanah air..








Sebelum pulang, janjian dulu sama student manager di housing untuk melakukan inspeksi terakhir. Kebetulan, akhir bulan Februari adalah hari-hari sibuk bagi student manager karena banyak banget mahasiswa yang pulang atau ganti housing.  

Student manager membuat janji kamis malam jam 10.00 karena aku akan angkat kaki jam 04.00 esoknya. Aku sih mengiyakan saja. Pasalnya, dia sudah baik banget ke aku. Aku sudah diperbolehkan menginap tambahan satu hari tanpa charge biaya.  Padahal di perjanjian sudah tercantum untuk biaya menginap tambahan satu hari dikenakan 20 euro.

Sampai di kamar, student manager memeriksa atap lemari dan kusen jendela. Busyeet.. detail banget. Hasilnya, kamarku dikatakan masih kotor dan harus dibersihkan lagi. Ya iyalah, atap lemari dan kusen jendela memang luput dari perhatianku. Setengah jam kemudian, student manager datang lagi untuk mengecek dan kamarku dinyatakan "Bersih". Huf, satu problem selesai. Student manager berpesan untuk mengosongkan rak lemari esku, tapi ini sudah kulakukan sebelumnya.

Aku bersiap untuk tidur, tapi datang teman dari Indonesia untuk say Good bye..

Tak terasa, jam menunjukkan pukul 1 malam. Timbul kekhawatiran bahwa aku tidak akan bisa bangun jam 4. Kupasang alarm HP keras2, takut tidak kedengaran. Lalu tidurlah aku secara sembarangan, entah tidur apa tidak. tahu-tahu sudah jam 4 pagi. Setengah melompat aku menuju kamar mandi, ketika balik dari kamar mandi, Hoalah ketemu student yang baru pulang pesta. Ya, mereka hanya mengernyit dan surprise melihat aku sudah mandi. Heran pasti ya hehe...

Aku mulai mengeluarkan sisa2 bumbu dan lain2 dari kamarku. Teman2, kalau sedang musim pindahan gini, dapur jadi penuh makanan tanpa tuan. Apel2 bergelindingan, bubuk kopi berbungkus2, piring2, semua gratis boleh diambil hehe..  Aku letakkan kunci kamar di tempat yang telah disepakati dengan student manager.

Kutarik koperku menuruni tangga, walah berat banget. Aku takut kalau beratnya melebihi kuota 30 kg. Alhamdulillah, langit cerah, salju tidak turun. Dalam kegelapan malam, aku dorong tasku, untungnya setiap jalan aspalnya mulus. Berkali-kali aku ketemu student yang baru pulang bergadang sambil mabuk. Sudah biasalah di sini.. Kerjaan mendorong kereta telah membuatku ngos-ngosan, udara dingin terasa tidak begitu menggigit.

Sampai di stasiun. Aku periksa lagi tiketku, ada. Tanggal? 2 Februari. Good. Ini adalah kereta pertama dari Groningen ke Schipol. Mesin2 di panaskan, aku naik kereta sambil menunjukkan tiket ke petugas. Terjadi keributan kecil di depan gerbong, sekelompok mudi2 beradu mulut dengan penjaga gerbong sambil menunjuk-nunjuk karcisnya. Entah karena apa... Di Belanda sini gerbong kereta tidak penuh, ada ruang untuk menaruh sepeda, koper gedhe dan lain-lain, jadi tidak terlalu bersalah kepada penumpang lain.  Aku duduk di samping koper gedheku, bersama-sama dengan penumpang lain yang punya koper gedhe hehe... Perjalanan relatif mulus, aku mendesah melihat jendela sepanjang perjalanan sambil mengucap syukur sudah diberi pengalaman luar biasa untuk bisa mengunjungi Kota Groningen ini.  

Dua jam kemudian sampai di Schipol..

Entahlah, aku melihat Schipol tidak semegah ketika pertama kali datang. Sudah biasa saja tuh hehe.. Ketika antri di loket MAS, ada ibu2 dari Vietnam berkebangsaan Belanda yang sangat baik hati mengajakku ngobrol. Ia bercerita tentang suaminya yang baru tiada. Suaminya tersebut orang Belanda, baik banget dan minta dikuburkan di Vietnam. Tahu tidak, ia membawa abu suaminya dan bunga tulip tiruan agar suaminya bahagia di kuburnya nanti. Aku trenyuh..

Tahu tidak, ibu itu memberiku uang 2 euro setelah melihat aku banyak membawa uang euro receh. Aku berdalih, ada teman yang ingin lihat uang euro. Dengan bahasa inggris yang terbata2, kami mengobrol dalam suasana akrab tanpa curiga.

Ketika loket MAS dibuka, deg-degan juga dengan timbangan koperku. Ternyata, cuma 22 kg. Waduh, tahu gitu semua sudah aku angkut hehe.. Ketika urusan koper beres, aku keliling2 airport. Capek keliling, nyeruput coklat anget di Starbuck. Haha... sok gaya juga jadinya, seumur-umur baru pertama ini ke Starbuck.  Swear, enak memang, apalagi sambil melihat pesawat landing dan take off.    

Waduh, capek, nanti di sambung lagi ya.. Makasih

  


Pesawat yang menerbangkanku dari Amsterdam ke Jakarta via Kuala lumpur..






 

Rabu, 30 Januari 2013

Gegar budaya di Belanda..

Datang ke Belanda pertama kali, pastinya gegar budaya dong... Bukannya bermaksud menghina atau melecehkan budaya lain, tapi pengetahuan akan budaya lain akan memberikan pemahaman perihal budaya tersebut. Berikut hal-hal baru yang kutemui di Belanda yang telah memperkaya pengetahuanku :

1. Kalau bertemu atau berpapasan orang lain yang tidak kita kenal, ucapkan hello, hai, hola, dll. Kalau sudah kenal, tentu saja dilanjutkan menjadi "how are you, how are you doing, etc". Kalau mau berpisah, ucapkan 'bye". 

Aku tinggal di International student house dengan jumlah penghuni sebanyak 300 orang. Tentu saja aku tidak kenal mereka satu per satu, namun setiap kali ketemu mereka di tangga, di dapur, di ruang laundry, di kamar mandi, kita harus menyapa "Hi". Kemudian, aku mengira kalau sudah mengucapkan "thank you" maka percakapan akan terputus, tapi ternyata tidak. Lawan bicara akan terus menunggu kita sampai kita mengucapkan "bye". So, ternyata bule tidak seegois yang aku kira..

2. Urusan kamar mandi. Entah di kota lain, di Groningen kalau BAB harus pakai tissue, padahal kalau di Indonesia meski cebok pakai air segalon masih belum puas hehe.. (pengalaman pribadi dot com). Maaf kalau bahasan ini agak saru, tapi aku tidak akan pernah bisa terbiasa dengan kultur baru ini. Untungnya BABku teratur di pagi hari, jadi setelah cebok dengan tissue aku langsung mandi pagi di shower yang jaraknya 10 meter. Jadi saudara2, mari biasakan dari sekarang BAB pakai tissue biar hemat air hehe... dan tidak gegar budaya di Belanda hehe...

3. Makan bersama adalah sarana untuk bersosialisasi. Jadi, kalau kita jago masak dan sering pergi ke dapur, temannya pasti banyak :). Jangan seperti aku ya yang ga bisa masak, jadi jarang ke dapur dan bertemu teman2 (tapi aku janji kalau sudah pulang ke Indon akan belajar masak kok haha...). Aku bisanya cuma yang instant2 saja.

Apalagi kalau acara makan2nya di kafe, seru ngobrol ngalor ngidul sama teman2. Kalau ada teman yang ngajak makan di luar, mau saja. Kafe di sini bukan tempat mesum kok. Cuma kalau sering2 mungkin membuat kantong jebol kali ya, terutama aku yang cuma mengandalkan beasiswa.        

4. Jangan bertanya pada orang2 yang jalannya cepat, karena dipastikan dia sedang terburu2 dan mengejar waktu. 

Pertama datang ke Groningen, karena aku tidak membawa peta, maka aku bermaksud bertanya pada orang2 yang lalu lalang di jalan. Karena aku bertanya pada orang yang jalannya cepat, dia menjawab cuek "I don't know" (nelongso waktu itu hehe.. ). Tapi kalau bertanya pada orang2 atau student lain yang sedang santai, kita akan dilayani kok.

Setelah 3 bulan disini, ternyata aku mempunyai kebiasaan sama. Kalau waktu sedang mepet dan ada yang bertanya arah, aku hanya menyahut "I'm sorry, could you please ask to another person?" dan buru2 pergi mengejar bis langgananku. Kalau tidak gitu, bis selanjutnya akan datang agak lama kemudian dan aku bisa terlambat!

5. Kencingpun tanpa air untuk membasuh. Aku berpikir, jorok banget ya orang bule itu, tapi aku selalu bawa tissue kok kalau mau kencing. Kadang kalau sedang kencing sendirian, sehabis menyiram toilet, aku menampung sisa2 air untuk membasuh alat vital. Susah banget sih mau jadi orang bule..

Tapi tahu ga, airnya itu dingiiiiin banget, entah karena sedang winter atau apa. Aku bisa membayangkan kalau kita sering2 ke toilet lalu membasuh alat vital kita dengan air es, kemudian membasuh kaki kita dengan air es, wuiihhh mana tahan...

6. Belajarlah menggunakan oven, microwave, mesin cuci dan pengering. Hal ini bisa sangat membantu dan save our time.

Oven di housingku tersedia di tiap dapur dan boleh digunakan siapa saja tanpa biaya tambahan hehe... Bagi yang gemar membuat kue, surga dunia tuh untuk eksperimen. Tapi, student2 lain juga banyak yang menggunakan oven ini untuk menghangatkan makanan cepat saji beku. Nyaman bukan?!..

Microwave juga wajib diketahui. Sekedar menghangatkan susu, memasak kentang, dll, teman2 suka menggunakan mesin ini. Awalnya aku tak tahu bagaimana cara menggunakan mesin ini, namun setelah belajar dari google dan praktek sendiri ketika student2 lain sedang tertidur, akhirnya bisa juga. Dasar katrok.. 

Mesin cuci yang banyak digunakan di sini adalah jenis mesin cuci yang di Indonesia jadi tumpuan usaha cuci kiloan itu lho. Pertama sih bingung, ini mau diputer ke mana ya? Untung ada teman dari Indon yang duluan datang, jadi minta bantuan deh (makasih ya Mira). Nyuci ini ga perlu ditunggu, kira2 saja jam berapa nanti mesin cuci akan berhenti. Biasanya sih 30 menit untuk sneilwash dan 1,5 jam untuk cuci bahan syntetis. Kalau lupa, cucian kita akan dikeluarkan dari mesin cuci dan ditaruh diatasnya, karena yang antri mesin cuci masih banyak.

Setelah nyuci, biar cepat kering cucian dikeringkan pakai mesin pengering dong.. Bingung cara pakainya? Browsing internet lagi lewat mbah google.

7. Jangan lupa jalannya di sebelah kanan ya.


8. Kebanyakan orang Belanda menulis dengan ballpoint biru. 

9. Taksi di sini mempunyai plat nomor biru, sedangkan mobil pribadi mempunyai plat nomor kuning. Ini yang membuat aku bingung pertama kali nyari taksi, kok banyak sekali taksi di Belanda ya haha.. Anehnya, jarang ada penumpangnya haha...   

Oke, semoga pengetahuan tadi menambah pemahaman kita akan budaya Belanda yang berbeda. Nanti kalau ada yang ingat ditambah lagi, dui..
               

Selasa, 29 Januari 2013

Amsterdam, XXX and cannabis city..

Kota kedua yang recommended banget untuk dikunjungi semasa di Belanda adalah.. Of course, Amsterdam.

Dari souvenir yang dijual, Amsterdam identik dengan kota XXX dan cannabis hehe.. Kota XXX mungkin berhubungan dengan keberadaan red light district kali ya, sebuah kawasan prostitusi legal di sebuah kawasan tertentu di Amsterdam. Sebutan kota cannabis lekat mungkin karena ganja disini dijual bebas di kafe2 tertentu. Entahlah, kota ini sangat bangga dengan hal-hal tersebut, hingga untuk urusan beli souvenir agak mikir2 dikit.. Siapa ya yang mau jenis souvenir seperti ini hehe...

Good girls go to heaven, bad girls go to Amsterdam..

Ya, begitulah slogan orang2 tentang Amsterdam yang membuat semua orang, termasuk aku, penasaran hehe.. Mumpung masih punya dagkaart, sebelum pulang aku melancong ke Amsterdam, tepatnya Minggu 21 Jan 2013. As usually, suhu masih minus derajat namun rasa ingin tahu tak dapat terbendung sehingga membakar gelora di dada dan menimbulkan rasa hangat yea.. semangat berpetualang!

Berangkat sendiri pukul 05.45, padahal subuh baru pukul 6.30, aku sampai di stasiun Groningen pukul 06.00. Sebenarnya aku ada janji dengan teman dari Nepal untuk pergi bersama dan bertemu di stasiun pukul 06.00. Kereta akan berangkat pukul 06.05. Namun dari papan pengumuman di stasiun diperoleh informasi bahwa karena buruknya cuaca, perjalananan baru dimulai pukul 07.05 dan ada cancel ke beberapa tujuan. Gawat!

Dengan hati dagdigdug aku berangkat sendiri ke Amsterdam pukul 07.05. Temanku masih belum datang, barangkali jadwal bus ikut terganggu karena cuaca buruk sehingga kuputuskan tetap berangkat walau sendiri. Di stasiun Amersfoort aku putuskan ganti kereta sneiltrein ke Amsterdam central, karena aku lihat jadwal kereta intercity ke Amsterdam masih 1 jam lagi. Kereta sneltrein ini berhenti di stasiun kecil-kecil, sedang intercity berhenti di stasiun besar2. Enaknya, waktu tempuhnya sama, jadi lebih baik naik yang paling duluan kan?

TIPS: Jangan panik melihat jadwal kereta api hari sabtu dan minggu yang agak tidak beraturan. Public transport di Belanda sangat tepat waktu, kalau terlambat ada pemberitahuan +x berapa menit di layar monitor. Dalam keadaan emergency, pengumuman selalu dalam bahasa Belanda (dan aku selalu benci tentang hal ini), tapi kita bisa melihat di layar monitor ada apa. Apakah ada kereta yang tidak jadi berangkat atau terlambat datang. Kalau tidak jadi berangkat, pilih kereta yang arahnya mendekati tujuan kita, lalu ganti kereta lagi, dan selanjutnya. Jadi, keep watching the monitor..

Sebelum masuk stasiun Amsterdam central, pemandangan kota pelabuhan segera nampak. Indah sekali, apalagi bangunan2 di Belanda tidak ada yang simetris hehe.. Sekilas tampak monumen "Iamsterdam" tapi aku tidak tahu persisnya dimana haha.. Ya, lain kali kalau ada kesempatan ke Belanda lagi pengen nyari situs tersebut. Amiin. 

Destinasi pertama, Amsterdam central..



Entahlah, aku selalu takjub setiap melihat bangunan2 kuno, ya inilah Eropa dengan keanggunan bangunan abad pertengahan yang kemarin2 aku baca di novel atau cerpen. Ya Allah, maka nikmat manakah yang aku dustakan? Terima kasih telah memperjalankan hambaMu ke bumiMu yang lain.

Aku mengikuti kemana orang2 bergerak, dan persis seperti dugaanku, ke arah Damrak. Sebagai jalan utama di Amsterdam, sepanjang jalan ini banyak bertebaran pertokoan, hotel, tempat jual beli souvenir, restoran, pokoknya rame banget. Seru, apalagi diiringi lalu lalang tram dan tawaran wisata keliling Amsterdam lewat kanal2nya. This is Amsterdam, men... Pelancong2 dari segala penjuru dunia tumplek blek disini, jadi jangan heran kalau banyak sekali yang foto2an. Bangunan yang paling besar dan indah di sini adalah Beurs van Berlage.

Di ujung jalan Damrak, terdapat Dam square..







Di sekitar Dam square ini terdapat juga museum Madame Tussauds, tapi aku tidak tertarik untuk masuk. Mungkin karena aku seorang diri kali ya, kalau sama teman2 mungkin ingin mencoba masuk. Di belakang tugu putih tersebut terdapat toko "Dam square souvenirs" tempat jual beli oleh2 buat orang2 di Indon. Toko ini merupakan toko pertama yang kutemui, jadi belanjanya agak banyak.. Ayo belanja .... Tapi kemudian aku ingat istriku, kalau belanja sesuatu pasti sedikit dulu, kemudian beralih ke toko selanjutnya beli sedikit lagi, dan seterusnya. Karena, biasanya ada toko yang paling murah hehe..
Meski demikian, di toko ini aku berbelanja sampai 48 euro walah2..

Tujuan jalan2 selanjutnya adalah melihat dari dekat "The red light district" hehe.. Ingin membuktikan, benar ga sih kata orang2 itu, wanita2 muda berbusana minim dipajang di jendela2 berlampu merah untuk diperdagangkan? Karena aku datang siang, tentu saja lampu dimatikan semua. Sedang asyik melamun sambil jepret sana sini, tiba2 aku mendengar kaca diketuk. Aku menoleh, dan wah... seorang wanita muda dengan size L di sana sini sedang memandang nakal ke arahku sambil telunjuknya memberi isyarat "kemarilah" dan "aku ingin uang". Aku tersenyum sambil berkata "sorry" dan beralih cepat2 dari sana. Apakah aku sudah di red light district?



Aku tidak tahu sedang masuk red light district or not, karena tidak ada tulisan "Anda memasuki kawasan red light district" hehe... Menurutku, kalau kita sudah sampai di De Oude Kerk, berarti kita sudah dekat dengan tempat tsb. Kerk ini berarti gereja. Dalam gambar di atas, kiri kanal adalah De Oude Kerk dan sebelah kanan kanal adalah kawasan red light district. Jadi, pilih sendiri deh mau ke kanan atau ke kiri hehe.. 

Setelah tahu sedikit tentang red light district, perjalanan selanjutnya..
Bloemenmarkt..

Di pasar ini dijual umbi2an bunga tulip. Tentu aku tidak beli karena aku lebih tertarik pada souvenir2 kecil yang ringan, murah dan mudah kubawa ke Indon. Magnet dan gantungan kunci adalah favoritku. Menurutku harga disini relatif mahal, gantungan kunci aku beli di kawasan ini berharga 4 euro dan aku beli di tempat lain ternyata hanya 2,5 euro.



 
Gambar diatas diambil dari perempatan jalan Rokin, Singel, Amstel, Muntplein. Dari foto paling atas, sebelah kiri kanal adalah kawasan Bloemenmarkt. Di tempat yang sama, kita bisa melihat tugu (entah apa namanya) dengan lalu lalang tram seperti gambar diatas..

Karena suhu menurutku semakin dingin dan waktu menunjukkan pukul 15.00 aku putuskan pulang sambil jalan lambat2, kali ini mengambil jalan lain yaitu Kalverstraat. Ternyata semua toko2 besar dan tenar terletak di sepanjang jalan ini daripada di jalan Rokin yang berangin dingin. Perjalanan pulang ternyata lebih lambat dari yang kuperkirakan, aku masih mampir2 lagi ke toko souvenir. Kadang, toko menawarkan jenis magnet dan gantungan kunci dengan design berbeda. Dan yang paling murah adalah "Peni souvenirs" di sebelah Koninklijk Paleis.

Akibatnya, aku menjadi sangat lapar. Daripada aku nanti sakit karena kedinginan, aku putuskan untuk makan di restoran halal. Sembari jalan, aku menemukan restoran halal Turki. Alhamdulillah, pemilik warungnya sangat ramah, menyapa dengan salam.. Aku lupa nama restoran dan alamatnya, tapi yang jelas recommended deh. Harganya agak mahal, 14 euro, tapi itu sudah termasuk setengah ayam. Hah? Iya, dan anehnya aku bisa menghabiskannya. Busyet, ini lapar apa kesetanan haha...

Setelah makan, aku berjalan menuju stasiun. Eh, ternyata salju turun dengan derasnya. Hah, senangnya.. Tapi kesenangan bermandi salju hanya sebentar, karena selanjutnya arah angin yang berhembus ke arahku membuat salju turun ke wajah dan mengenai mata. Terpaksa deh berjalan sambil menutupi wajah. Alhamdulillah, aku sampai di stasiun dan cepet2 naik kereta meninggalkan Amsterdam sebelum ada masalah dengan kereta karena hujan salju..


Karena sangat derasnya, kereta menjadi lambat dan berhenti agak lama di beberapa stasiun  untuk memastikan jalan kereta aman. Alhamdulillah aman. Dalam perjalan pulang, aku ambil jalur berantai dari Amsterdam central-Schipol-Amersfoort-Assen-Groningen. Wah, tiga bulan di sini membuat aku agak mahir naik kereta hehe.. Sepanjang perjalanan pulang, hujan salju masih turun di banyak kota, namun sampai di Groningen terang benderang hehe... Tapi sangat dingin..




Alhamdulillah, sampai housing lagi, capek tapi menyenangkan petualangan hari ini..

Ayo ke Amsterdam.