Minggu, 25 November 2012

Di Groningen aku Ingat Bapak...

Dulu aku tersenyum ketika kakak lelakiku berkata ia ingat bapak saat bekerja ikut anaknya pakdhe di Situbondo.  Di warung tempat dia makan sehari-hari, terdapat seorang lelaki yang mirip bapak.  Akibatnya, dia tidak kerasan bekerja di Situbondo dan memilih pulang.  
Dalam hati aku berkata, bapak memang orang yang sangat berjasa bagi anak-anaknya, namun tautan hati seorang anak biasanya lebih lekat kepada ibu daripada bapak.  Dan kakakku ini lebih memilih pulang demi bapak.. Sungguh anak yang berbakti, pikirku.  Waktu itu aku juga kuliah di Jakarta, di depan kontrakan juga ada orang yang mirip bapak, dan aku sama sekali tidak berpikir untuk pulang hehe.. Apa karena aku sedang kuliah sehingga tidak diperbolehkan untuk seenaknya memutuskan untuk pulang dan berhenti kuliah? Tapi yang jelas, waktu itu aku memang tidak ingin pulang, rumah kontrakanku berisi segala jenis manusia yang sangat menarik untuk dikenal lebih jauh.
Ketika emak tiada, tinggallah bapak seorang diri di rumah tempat kami bertujuh dilahirkan.  Rumah besar itu memang kosong, anak-anak bapak sudah punya rumah sendiri dan tidak ada yang mau hidup seatap dengan bapak lagi.  Bapak memang terkenal temperamental, tapi bapak ya tetap bapak, seorang manusia yang telah menghadirkan kita di dunia.  Cuma kakak lelakiku di atas (kebetulan belum punya rumah) yang ingin hidup dengan bapak, namun istrinya kemudian melahirkan dan lebih memilih hidup dengan orang tuanya.
Banyak yang menyayangkan, kenapa emak dipanggil Tuhan lebih dulu.  Tapi takdir bukanlah milik anak-anak dari orang tua.  Rumah menjadi tidak terurus, peralatan masak menjadi kotor, memang lelaki paling males bersih2 (mengaca pada diri sendiri hihi..). Kita 7 bersaudara masih sering menangis ketika membicarakan emak, dan membayangkan hidup berat yang dijalani bapak sekarang.
Bapak memang sudah tua, makan dari anak-anaknya. Tapi untuk mengisi hari tuanya, bapak masih ingin ke sawah.  Aku perkenankan beliau ke sawah untuk mengisi hari tua, kalau tidak begitu, apa yang mau dikerjakan? Luntang-lantung di rumah? Akan lebih merana kalau begitu.  Cuma aku pernah meminta kepada bapak untuk mengurangi luas sawah sewaannya, ya sekedar untuk mengisi waktu saja. 

Setelah aku ke Groningen, nyata sekali aku ingat bapak..

Di sini aku masak sendiri (ya ada banyak orang di dapur sih), makan hidangan sendiri dan membersihkan peralatan makan sendiri.  Tidak apa2, aku sudah menyadari bahwa harus hidup mandiri di Belanda, namun aku sepertinya sedang merasakan hidup yang sekarang bapak jalani. Entah kenapa aku menjadi kangen dengan bapak, ingin meminta maaf karena datang menjenguk hanya satu kali dalam sebulan. Bapak pasti merasakan kesepian seperti yang aku rasakan sekarang.  Tidak perlu bermakna suatu obrolan, karena aku yakin bapak sudah senang jika diajak mengobrol. 





Dapur bersama di International Student Housing WInschoterdiep










Aku mulai membayangkan kondisi diriku ketika nanti anak2 sudah besar dan hidup jauh dari dariku dan ketika istriku nanti tiada.  Aku akan menjalani hidup yang sama seperti aku sekarang di Belanda, mandiri, serba sendiri dan sepi.  Entahlah, aku merasa hidup ini akan terbalik.  Dulu ketika kita dilahirkan, semua orang datang berkunjung untuk menengok, semua tetangga dan teman orang tua bergembira dengan kedatangan kita di dunia.  Ketika kita tua, mengapa harus sendiri menjalani sisa hidup, padahal kekuatan tubuh kembali seperti bayi? Mengapa tetangga dan anak-anak mulai menjauh? Ya, aku mengeri betapa bedanya topik yang dibicarakan tetangga2 yang masih muda dengan yang sudah tua.   

Entahlah, setelah ini, aku ingin lebih memperbanyak frekuensi pulang ke rumah.  Sekedar berbincang dengan bapak dan saudara2, mengajak anak2 bermalam di rumah bapak, dll.   

Minggu, 11 November 2012

Awal perjalanan ke Groningen...

Pada 4 November 2012 pagi..
Aku masih tiduran menikmati tempat tidur yang akan aku tinggalkan.  Everything would be never the same, dan aku akan merindukan semuanya walau kepergianku cuma 3 bulan.  Koper baru seharga 1 juta dengan standar TSA dan isinya sudah beres, namun kuncinya masih belum bisa dibuka. Aku tidak tahu kenapa, yang pasti aku pasti lupa dengan kombinasi nomor yang diberikan mas penjualnya di CITO surabaya kemarin.  Tapi aku ingat-ingat lagi, sepertinya aku tidak pernah diberi kombinasi nomor..

Aku bangkit dari tidur dan mulai menyiapkan langkah antisipasi, yup membeli gembok di Alfa Mart.  Ya.. semua boleh tertawa, koper seharga 1 juta namun tidak bisa dikunci, miris kan? Sementara istriku, berusaha menghubungi toko Bag Center tempat aku membeli koper tersebut.  Karena belum jam 10 pagi, toko belum buka, CS CITO Surabaya juga belum buka, terpaksa istriku menghubungi kantor pusatnya di Jakarta (terima kasih istriku).  Namun kantor pusat di Jakarta tidak bisa memberi solusi lain selain membawa koper tersebut ke tempat aku membelinya semula, padahal koper tersebut telah berisi barang BERATTT banget.

Aku sudah capek dengan perkara tersebut, dan istriku masih ngotot dengan mencoba-coba kombinasi nomor yang mungkin bisa.  Aku juga berusaha mengakses internet, mencari tahu bagaimana membuka koper yang terkunci.  Dalam hati aku menggerutu, aku telah mempersiapkan kepergianku ini jauh hari, namun pada hari H tetap saja keruwetan itu masih ada.  Akhirnya selang beberapa saat, istriku berteriak..

Ayah, kunci kopernya sudah bisa dibuka dengan nomor kombinasi bla bla bla..

Aku kaget dan terharu, istriku memang orangnya ulet dan tak mudah menyerah, kalau aku suka memanfaatkan pilihan lain yang masih tersedia.  Dengan koper yang sudah bisa terkunci, aku merasa perjalanan ke Groningen tidak akan seperti orang udik, koper bagus dengan kunci yang bagus.  Hmm.. perfect.  Langkah selanjutnya, menghubungi taksi..

Setengah 12 aku menghubungi taksi kemudian sholat dan makan siang.  Sepuluh menit kemudian, operator taksi menelepon lagi yang menyatakan bahwa taksi di pangkalan kosong.  Aduh, aku pindah operator taksi, dan berjanji akan datang 15 menit lagi.  Sayangnya, dalam waktu yang ditentukan taksi tersebut belum datang juga.  Aku lihat jam tangan, 12.20, closing chek in 12.30.  Deg-degan karena terlalu lama menunggu, aku menjadi panik.  Tanpa pikir panjang, aku bersama istri mencari taksi langsung di jalan.  Agak lama, dapat.  Namun ketika aku meninggalkan gang rumah, taksi pesanan datang.  Entahlah apa yang terjadi sesudah itu, mungkin si sopir meminta cancel fee.

Taksi meluncur di jalan tol dengan kencang, sesekali bunyi beep terdengar yang menandakan kecepatan melebihi aturan.  Berkali-kali aku melihat jam, dan sampai di bandara pukul 12.50, untungnya aku sudah chek in dengan layanan internet.  Sampai di petugas security, petugasnya tanya mau kemana? Apa bawa sambel pecel? Mau ke Belanda, of course aku bawa sambel pecel yang dipersiapkan khusus oleh istriku.  Apa ada yang aneh? Petugas tersebut hanya cengar-cengir saja, aku sih juga senyum-senyum saja..

Sampai di penimbangan, 39 kilo? Seketika aku panik, garuda hanya memberi gratis 20 kg, MAS hanya 30 kg.  Kemana sisa 9 kilo harus aku buang? Akhirnya mbak penjaga konter check in (sangat baik) menanyakan apakah MAS sering memberi toleransi ke penumpangnya.  Ternyata malah stick to the rules, jadi aku harus membuang 9 kg. Stop, jangan dibuang pak, kata petugas.  Keluarkan barangnya sampai 9 kg, terus titipkan barangnya ke CS dan suruh keluarga bapak mengambilnya.  Oke, aku keluarkan barang2 yang kira2 masih bisa aku beli di Belanda, namun mas yang bagian ngikat koper memberi bantuan untuk menjadi tempat penitipan.  Aku mengiyakan saja..

Keringatku masih membanjir, takut ketinggalan pesawat kok malah overweight..

Setelah selesai, aku mengucapkan terima kasih kepada mbak yang telah membantu dan mas yang bagian ikat koper, minta nomor HP agar seseorang nanti bisa mengambil barang overweightku.  Huh, aku berjalan menuju pesawat sambil nelpon dan SMS istriku.  Pulsa terbatas dan baterei mau habis (sangat tidak disarankan).  Duduk di pesawat sambil termenung, aku membayangkan betapa beratnya awal perjalanan menuju Groningen ini.  Semoga setelah ini muncul banyak kemudahan.. Amiiin 

Sabtu, 10 November 2012

Short Course di University of Groningen dengan Stuned Scholarship (3)

Setelah merenung cukup lama menghitung peluang diterima beasiswa Stuned, akhirnya aku memberanikan diri mendaftar beasiswa Stuned.  Coba-coba, iseng-iseng, kalau tidak mencoba tidak akan tahu, merupakan motivasi kala itu untuk mendaftar.  Maklum, bukan perempuan, bukan instansi prioritas dan bukan berasal dari luar Jawa.

Menurutku, mendaftar Stuned scholarship tidak memerlukan banyak dokumen, yang paling penting adalah penulisan essay di dokumen.  Cuma 4 x 100 kalimat kalau tidak salah, sangat simple dibanding dengan mendaftar NFP.  Sebenarnya instansiku juga membuka pendaftaran beasiswa StuNed, namun masih harus pakai 2 buah surat rekomendasi, dan tidak perlu pakai LoA.  Menurutku, pelamar dari instansiku akan kalah bersaing dengan pelamar lain yang sudah mendapat LoA, jadi aku memutuskan untuk tidak melamar beasiswa Stuned lewat Pusdiklat.

Perlu diketahui, bersamaan dengan pendaftaran Stuned ini, Stiny juga terus mengirim email (lebih dari sekali) tentang pemberitahuan untuk segera mendaftar beasiswa NFP.  Setiap dikirimi email, aku selalu bilang sudah mendaftar NFP dan juga Stuned.  Lain dengan Stuned, NFP mensyaratkan 4 lembar essay yakni motivation letter, manfaat bagi organisasi, manfaat bagi negara dan rencana setelah pendidikan. Wadueh, dengan nilai skor IELTS 5,5 untuk writing, penulisan 4 essay tersebut cukup membuatku termehek-mehek.. (Jangan ditiru ya.. :)

Akhirnya pada tanggal 19 Maret 2012 aku menerima email dari Siska Aprilianti, senior scholarship officer dari Neso Indonesia yang menyatakan bahwa mereka telah menerima aplikasi beasiswa untuk program short courseku.

Dear all,



Thank you for your interest in the StuNed scholarship programme for short course in 2012. We have received your application for financial support through the StuNed scholarship programme in good order.



Please kindly be informed that the selection will be held in April 2012. You can expect to receive the results by phone or e-mail in May 2012. Before the announcement, we prefer not to receive any inquiries by e-mail or telephone calls about the results.





Best regards,

Siska Aprilianti

Senior Scholarships Officer 

Ternyata, yang apply beasiswa berjumlah 16 orang dan alamat email orang per orang ini tidak di script sehingga aku bisa menghitung peluangku.  Hmm.. ternyata peminatnya tidak banyak kok, kenapa orang-orang tidak mau mencoba ya? Salah satu syarat paling adalah LoA, dan itu membuat banyak orang enggan, termasuk aku dulu.

Pada tanggal 22 Maret 2012, aku menerima email lagi dari Siska bahwa dia juga menerima aplikasi beasiswa untuk program masterku.  Ya, akhirnya aku bisa mengirim 2 aplikasi sekaligus, dan aku berharap Allah menerima dan mendengar doaku, at least untuk short course kalau masternya tidak diterima.  Jangan dua-duanya tidak diterima ya Allah (doanya mengharappppp banget).

Setelah menunggu untuk waktu yang terasa lamaaaa banget (aku selingi waktu ini dengan mengirim aplikasi beasiswa AS-NZ, akhirnya tanggal 9 Mei 2012 Siska mengirimi lagi email tentang hasil seleksi beasiswa Stuned. 

Dear Suzatmo Putro Suwari,



Thank you for your interest in the StuNed scholarship programme 2012. We have received your application for financial support through the StuNed scholarship programme in good order.



The Embassy of the Kingdom of the Netherlands has decided upon the StuNed scholarship to be awarded. In this regards, not all candidates could be awarded due to a very large number of good candidates and limited number of scholarships available. Regretfully we have to inform you that you have not been selected to receive StuNed scholarship 2012.



We fully understand your disappointment about not being selected for this scholarship. However, it is not possible to reconsider your application, as all funds have been allocated. You are welcome to apply in the future, or visit the website www.grantfinder.nl if you wish to explore other funding possibilities.



We trust we have informed you sufficiently. We wish you success in your future career.





Best regards,

Siska Aprilianti

Senior Scholarships Officer 

Email di atas sontak membuatku lemas, menghela napas panjang dan ya... ternyata jalan untuk memperoleh beasiswa masih harus lebih panjang lagi. But, wait a minute, bukankah aku mendaftar untuk program short course dan master? Apakah pengumuman ini hanya untuk master atau short course saja?  Untuk mengobati rasa kekecewaanku, aku mengirim email balik Siska yang menanyakan apakah email tersebut untuk aplikasi short course atau masterku? Dalam hati aku berharap agar ada perubahan hasil seleksi.  Aku sadar bahwa sometimes kita harus pro aktif dan bergerak maju untuk mendapat sesuatu.

Besoknya, Siska mengirimi lagi email yang berikut :

Dear Suzatmo Putro Suwari,



You have submitted an application for the StuNed scholarship 2012. We are now entering the final phase of the selection procedure. We would like to know beforehand that you are still available (for the duration of the study period) and willing to accept the scholarship. Your personal circumstances might have changed which prevent you from accepting or you might have been offered another scholarship. Attached you can also find StuNed Rules & Regulations, we kindly ask you also to read it carefully.



Please let us know through email if you would be available or not. Thank you and we look forward to your soonest reply.





Best regards,

Siska Aprilianti

Senior Scholarships Officer 

Wadeuhh.. terima kasih ya Allah, email tersebut tentu saja pertanda aku menerima beasiswa untuk short courseku ( ini disebutkan di heading email yang dikirim untukku).  Akhirnya, penantian panjang untuk ke Belanda akan segera menjadi kenyataan.. Bulan-bulan berikutnya, aku dan Siska terus-menerus melalukan kontak email tentang rencana kepergianku ke Belanda.  Dan tentu saja dengan Stiny Tiggelaar, aku memberitahukan rencana kedatangan dan keinginanku untuk segera berjumpa dengannya.

Ayo semangat bagi pencari beasiswa yang lain.. 

 

Ini neh bundel materi short course 

Senin, 30 Juli 2012

Akhirnya LoA itu datang ...

Setelah menunggu dalam suasana hati yang tidak menentu dan hari-hari penantian yang panjang (dan terasa lebih panjang lagi) karena sampai dua bulan, pada tanggal 23 Februari 2012 email yang kutunggu-tunggu dari Mrs. Tiggelaar yang memberitahukan kepastian kedatangan LoA-ku untuk short course mampir diinboxku.
Aku salin ya email dari beliau..

Dear mr Suzatmo Putro

With pleasure i would like to inform you

that you are admitted to the Short Course
Demographic Methods and Analysis.
Please find enclosed admission
letter for the short course.
The original letter will be sent by regular
post.

Please note that the deadline

for the Stuned scholarship
is 15 march 2012!
and for the Nuffic (NFP) scholarship
is 1 March 2012.

Kindly inform me that you have

applied for these scholarships.

Best wishes


Stiny Tiggelaar

office manager

Oh my God... Thank you ya Allah..
Wait, jangan seneng dulu, belum juga dapat beasiswa hehe...
Tapi gapapalah senang dulu, aku merasa penantian panjang untuk mendapatkan LoA ini patut dikenang dalam sejarah hidupku, soalnya ini adalah LoA pertamaku... (semoga dapat lagi dari Universitas lain setelah itu Amiiin.....).






 LoA short course.. Oh, LoA pertamaku











Minggu, 03 Juni 2012

Short Course di University of Groningen dengan Stuned Scholarship (2)

Setelah mengirim semua berkas secara online, maka dimulailah penantian panjang turunnya LoA untuk bisa bergabung short course di Belanda.  Penantian ini panjang dan menjemukan (as always hehe...).  Kadang sangat bosen, bahkan sempat jalan-jalan di sawah belakang kantor hehe.. sambil nyari inspirasi beasiswa mana lagi yang cocok dengan aku.
Karena tidak tahan dengan penantian, maka aku segera mengirim email lagi ke Mrs. Tiggeelar pada 19 September 2011.  Alasannya sih, iseng-iseng nanya, apakah dokumenku sudah diterima dengan baik.  Gawat kan, kalau aku sudah merasa mengirim dokumen tapi beliaunya belum menerima? Barangkali email hari itu pas trouble, kan aku tidak tahu..
Akhirnya belum ada balasan juga weleh weleh ... Benar-benar uji kesabaran!
7 November 2011
Datang surat balasan dari Mrs. Tiggelaar.  Aku bersorak, Horee.. finally...
Nei, belum final.  Aku diharuskan menambah nilai TOEFL ITP dari 540 menjadi 550. What!! Bukannya syarat di nesoindonesia sudah disebutkan, minimal TOEFL ITP hanya 520 untuk bisa ikut short course? Aku termenung dan berpikir :
Me    : Hei, di website neso indonesia kan cuma menyaratkan 520 tahu, kenapa RUG minta 550?
RUG : Terserah aku dong, aku yang mengeluarkan LoA, kalau tidak mau, ya elu tidak dapat LoA.
Me    :  Oke .. I give up ...

Pada tanggal itu juga, aku memberi balasan ke Groningen bahwa dalam waktu dekat aku tidak mungkin ikut tes TOEFL ITP (sampai desember test TOEFL ITP di NESO dan AMINEF sudah full booking).  Namun aku akan mengambil tes IELTS yang akan diadakan 10 Desember 2011.
Kalau lamaranku tidak bisa ditunggu sampai desember, ya izinkan aku melamar short course untuk tahun depan.  Begitu emailku pada Mrs. Tiggelaar.
Seperti biasa, tidak ada reply setelah itu.


Hari-hariku setelah itu dipenuhi dengan persiapan ikut ambil tes IELTS, this is the first time dan aku harus dapat nilai minimal 5.5.  Satpam di IALF Surabaya menakut-nakutiku bahwa ada candidate yang sudah tes 3 kali belum juga lulus, padahal cuma butuh 5. Jadi nyiut juga nyali waktu itu.  Ah, nothing to lose, tidak dapat nilai 5.5, toh aku tidak perlu malu pada Mrs. Tiggelaar.  Lha wong kita belum pernah ketemu sekalipun hihi...



 Ini neh, hasil test IELTSku






25 Desember 2011
test IELTSku keluar dan... na..na..  6.5. Oh my God, thank you. Aku sama sekali tidak menyangka nilaiku akan setinggi itu.  Meski distribusinya tidak sama (reading 7.5, lainnya 5.5 kecuali listening 6.5), aku bersyukur bisa dapat overall score 6.5.  Toh Groningen tidak minta skor per band.  Tanggal 26 Des 2011 aku segera email nilai IELTSku.  Holland lagi libur sampai 4 Januari..
Walah, ternyata orang luar negeri banyak liburnya juga...
Ah, menunggu lagi, sambil menunggu tulisanku berikutnya :)




Kamis, 31 Mei 2012

Short Course di University of Groningen dengan Stuned Scholarship

Akhir-akhir ini aku merasa gelisah menanti pengumuman beasiswa VLIR
Untuk mengalihkan rasa penasaranku, baiklah aku menulis tentang perjalananku meraih beasiswa short course dari Stuned.
Sebenarnya beasiswa stuned sudah aku ketahui sejak 2010, namun pada waktu aku belum punya sertifikat TOEFL karena belum pernah ujian.  Dan lagi, salah satu syarat yang diharus dipenuhi untuk mengajukan beasiswa stuned adalah sudah mendapatkan letter of admission (LoA).
Maksud LOA?
Pokoknya buta sekali pada saat itu.  Ah sudahlah, daripada mikirin LoA yang belum ketahuan definisi dan maksudnya, aku mulai mempersiapkan diri dengan mengikuti tes TOEFL ITP.  Syarat master stuned nilai TOEFL 550 dan syarat short course 520.  Singkat kata, aku mengikuti tes TOEFL ITP sebanyak 3 kali, dua di neso dan satu di aminef (tiga-tiganya bolos kerja, tapi sudah pamitan juragan).
Akhirnya nilai yang paling baik yang pernah aku dapatkan dari test TOEFL ITP adalah 540.  Karena hanya cukup untuk short course, maka aku berencana untuk daftar short course saja.
Pertama, cari daftar shortcourse yang dikeluarkan NFP.  Daftar ini bisa diunduh dari website http://nuffic.nl/nfp. Karena aku bekerja di bagian sosial dan kependudukan, makanya aku cari jenis short course yang sesuai.  Ah, nemu juga, Short course in Demographic Methods and Analysis di University of Groningen.
Kedua, hubungi pihak contact person dari program tersebut, jangan menghubungi pihak Universitas, jauh banget komunikasinya.  Oh ya, aku catat namanya Mrs. Stiny E. Tiggelaar.  Itulah email pertama yang aku kirim ke luar negeri.
Tanggal 12 Agustus 2011 aku mengirim email ke SE Tiggelaar dengan bahasa inggris yang ga sampai 550 tadi.  Kalau dilihat lagi sekarang, tata bahasa lucu dan amburadul hehe... Ah gapapa, dia juga kan tidak tahu siapa aku.  Sejak saat itu, aku berani mengirim email ke luar negeri dengan bahasa seadanya.  Saat itu aku tanya tentang tata cara pendaftaran short course di population research program (prc) di Groningen.

Ini dia lambang prc




Tak disangka, tanggal 12 Agustus 2011 sore ternyata SE Tiggelaar sudah membalas emailku dan aku disuruh membuka sebuah halaman website. http://www.rug.nl/frw/education/short course.
Esoknya, seharian penuh, aku mojok di komputer salah satu teman (terima kasih mbak yeni) dan aku mengisi form yang ada di site tersebut.  Ah, ternyata susah juga ya mengisi form untuk short course.  Apalagi yang bagian motivation letter (ini juga yang pertama nulis motivation letter). Ah, nulis apa adanya saja..



Ini neh site tempat kita mengisi
application form









Kemudian ada bagian letter of recommendation.  Gudabrak!!! Siapa yang bisa ngasih surat itu ke aku? Bapak kepala, dia kan belum bisa bahasa inggris apalagi nulis surat rekomendasi.  Dosen STIS? Haha.. aku kan sudah lama lulusnya, mungkin Bapak/Ibu itu sudah lupa dengan aku. Akhirnya aku tinggal bagian ini dan tetap submit application.  Tapi setelah hari itu, aku bergerilya mencari surat rekomendasi dari para dosen yang sekarang sudah menjadi orang penting BPS.  Hasilnya, sudah tentu emailku tidak dijawab blas..blas..

15 Agustus aku mengirim semua dokumen lewat email alias yang sudah di scan.  Jadi, teman-teman yang berburu beasiswa pasti tahu, mana2 dokumen yang perlu discan.
Langkah ketiga, kita lanjutkan kapan2 ya?

Kamis, 02 Februari 2012

Hikmah mengejar beasiswa..

Apakah mengejar beasiswa itu sangat berharga?

Kalau anda tanyakan itu padaku, akan aku jawab dengan anggukan semangat "Ya".
Ketika aku SD, semua orang menyebutku anak pandai karena selalu mendapat rangking di kelas.  Hal ini membuatku melengggang ringan hampir tanpa rintangan masuk SMP favorit di kotaku.  SMP 1? Bukan, aku hanya masuk SMP 2.  Tapi itu bukan berarti aku tidak bisa masuk SMP 1.  

Aku masuk SMP 2 karena aku melihat kakakku yang sekolah di SMP 1 terlalu sering mengeluarkan biaya.  Ongkos-ongkos itu tentu saja sangat memberatkan bapakku yang hanya berjualan pentol.  Dan yang lebih penting lagi, di SMP 2 tidak ada pelajaran berenang (aku tidak bisa berenang saat itu hehe...).  Tapi, setelah diterima di SMP 2, ternyata ada juga pelajaran berenang.  Saat ada pelajaran renang, biasanya sehabis sholat subuh kakakku sudah harus berangkat ke sekolah.

Di SMP, otakku masih encer sehingga tidak mengalami kesulitan masuk SMA 1. Baru terasa bahwa aku bukan apa-apa ketika bersaing dengan mereka yang sama-sama cerdas.  Aku sempat down melihat rangkingku yang melorot tak tertahankan.  Tapi ternyata ada hikmah di balik itu semua.  Aku belajar berkompetisi dalam lingkungan yang fair dan membentuk kebiasaan belajar.

Setelah selesai kuliah D-IV dan bekerja sebagai PNS, aku merasa ada yang aneh dan hilang dalam hidupku.  Ya, semangatku!  Semangatku sudah menghilang.  Itu karena aku tidak sedang berusaha mengejar sesuatu dalam hidupku, aku sudah merasa nyaman.  Aku tidak sedang berkompetisi lagi dan tidak mempunyai ambisi apa-apa dalam hidup.   Daari sini aku mengambil kesimpulan, ternyata cita-cita itu penting dan harus selalu ada, apapun itu. Dulu aku beranggapan bahwa aku tidak perlu mempunyai cita-cita sehingga ketika maut menjemputku, aku tidak terlalu kecewa dengan kehidupan dunia.

Namun sekarang, aku merasa perlu hadirnya ambisi dan cita-cita itu walaupun nantinya cita-cita itu tidak akan tercapai, atau kematian akan memotongnya di tengah jalan.  Dan aku menjadikan mengejar beasiswa menjadi cita-cita mulia yang bisa menjadi nyala semangat dalam hidup, tercapai atau tidak, itu urusan belakang.

Sejujurnya, aku sempat stuck dengan pekerjaan di kantor.  Seperti orang bilang, sebagai PNS, rajin atau tidak, pintar atau tidak, gaji akan sama dan reward juga sama.  Sebenarnya, tidak masalah bagiku gaji sedikit atau banyak, namun semangat untuk berkompetisi ini ternyata penting untuk menumbuhkan semangat kerja dan juga semangat hidup.  Karena aku tidak mendapat sistem kompetisi ini di tempat kerja, aku berusaha memotivasi diri sendiri dengan membuat publikasi berstandar internasional.  Ya, mungkin atasan tidak akan memberi reward apa-apa, tapi at least atasan akan menjadi tahu kemampuan bawahannya.  Suatu hari nanti, aku yakin semua pekerjaan tidak akan pernah sia-sia.

Jadi, apakah mengejar beasiswa itu mempunyai hikmah bagiku? Tentu saja.  Aku belajar berkompetisi lagi dan mempunyai cita-cita.  Banyak orang yang bercerita di blognya, bahwa kehidupannya sekarang tidak sesemangat waktu mengejar beasiswa dulu.  So? 

Ayo mempunyai cita-cita dan berkompetisi lagi.  Seperti pepatah, persiapan yang bertemu kesempatan akan mendatangkan kesuksesan!!!  

Ayo siap-siap mendaftar beasiswa dan menjemput kesempatan itu.