Pesawat yang membawaku ke Jakarta terbang dari Schipol tepat pada jam yang yang telah ditentukan yaitu 12.00 siang. Melihat pesawat yang akan membawaku lintas benua, sempat takut juga. Kelihatan kecil banget.. bagaimana kalau anginnya lebih kencang, bagaimana kalau.. ah, mikir yang jelek2 pokoknya. Tapi, bismillah, segenap kekuatan hanya milik Allah..
Banyak blog yang menggambarkan suasana ketika berangkat, namun sedikit yang mendeskripsikan suasana saat pulang..
Suasana saat pulang, tentu saja senang banget karena mau bertemu keluarga:) Cuma sayangnya, belum banyak hal-hal di Belanda yang bisa dijadikan cerita dan dieksplore lebih jauh. Di dalam pesawat, aku merangkai lagi cerita-cerita berburu beasiswa sampai aku pulang, sangaaattt indah.... Di dalam pesawat aku lebih banyak diam, flashback ke masa lalu. Tak terganggu oleh bule di sampingku yang cekikikan lihat film di layar depannya.. Tak urung, aku ikut tertawa dalam hati. Teringat waktu berangkat dulu belum tahu cara menggunakan headset dan remote control yang tersedia ditiap kursi pesawat hehe...
Setelah itu, makan siang tersedia dengan melimpahnya. Cita rasa KLM memang masih cocok di lidah asia, namun aku memilih masakan Eropah. Kalau pilihannya nasi lemak apa kentang, tentu aku pilih kentang, soalnya aku juga kurang suka nasi lemak. Setelah minum, ngemil, nonton film, pilih lagu, tidur ga nyenyak.. Eh, kok sudah tersedia makan pagi.
Tidak ada makan malam saudara2...
Jam berapa sih? Jam 6.00 waktu Belanda. Jam tanganku masih memakai waktu Belanda. Untuk pagi itu (entah waktu mana?) aku memilih roti saja, soalnya masih kenyang.
Cepat waktu berlalu, setelah makan pagi, kapten memberi tahu bahwa pesawat akan landing di Bandara International KL. Waduh, waktu masih gelap. Pesawat akan meneruskan perjalanan ke Jakarta pukul 09.00 waktu KL. Tapi, jam berapa ya sekarang di KL? Akhirnya aku tanya pada penjual es teh, jam berapa sekarang waktu KL. Ternyata pesawat mendarat lebih cepat dari waktu yang ditetapkan. Aku bahkan sempat menikmati matahari terbit dari bandara KL..
Sunrise di Bandara International KL..
Sepertinya, lama banget aku di Bandara KL ini.. Aku sempat melihat toko coklat, eh ternyata sama dengan coklat yang aku bawa dari Belanda. Harganya? Tiga kali lipat. Untung aku sudah beli di Belanda.. Kemudian aku melihat air keran siap minum yang tersedia gratis di salah satu pojok bangunan (Indonesia sudah ada belum ya?).
Di Bandara KL ini aku sempat katrok lagi. Entah mengapa, tiba2 aku merasa, apakah koperku otomatis dipindah ke pesawat yang akan membawaku ke Jakarta ataukah aku harus mengambilnya dulu di ruang klaim bagasi. Mungkin karena kebingungan, aku ditanyai sama polisi sana. "Ada apa pak cik?" Aku sebenarnya ingin tertawa, ingat film Ipin Upin hehe... Tapi karena panik, aku tidak bisa tertawa, lalu aku ceritakan masalahku dan polisi itu menyarankan aku untuk menuju konter informasi. Hasilnya? Bagasi anda akan langsung diangkut ke pesawat. Huf.. lega.
Jam 09.10 tepat, pesawat KLM yang akan membawaku ke Jakarta tinggal landas dengan mulus. Naik pesawat KLM ke Jakarta seperti naik pesawat pribadi. Beneran loh.. Dengan jumlah kursi yang mencapai ratusan itu, penumpangnya paling 20-an orang, gila ga.. Oh, betapa nyamannya. Kursi depan, samping, belakangku, melompong. Sepertinya pesawat jurusan jakarta ini difungsikan untuk trainee pramugara2 yang baru. Lagi-lagi aku mendapat makan pagi. Gila.. kan tadi sudah makan pagi, kok sekarang makan pagi lagi.. Aku tidak berselera, hingga aku minta air minum saja yang banyak.
Pesawatpun mulus mendarat di Jakarta..
Foto2 di Bandara KL..
Kamis, 16 Mei 2013
Minggu, 21 April 2013
Pulang ke Indonesia (1) ...
Lama juga tidak mengunjungi blog ini, semoga masih bermanfaat.
Setelah tiga bulan tinggal di Belanda, dengan segala suka dukanya, maka tibalah saat kepulangan ke tanah air tercinta. Wuih, sebelum kita berkunjung ke Luar Negeri dan tinggal lama di negeri orang, kita tidak akan pernah tahu indahnya mengucapkan "tanah air tercinta" hehe.. Sebelumnya, aku manfaatkan sisa2 hari di Belanda untuk mengunjungi Amsterdam untuk kedua kali dan berbelanja bermacam-macam suvenir dan coklat.
Bermacam-macam ukuran coklat yang aku bawa pulang, semua aku beli di Kruidvart, mumpung ada diskon.
Tetap saja kurang setiba di tanah air..
Sebelum pulang, janjian dulu sama student manager di housing untuk melakukan inspeksi terakhir. Kebetulan, akhir bulan Februari adalah hari-hari sibuk bagi student manager karena banyak banget mahasiswa yang pulang atau ganti housing.
Student manager membuat janji kamis malam jam 10.00 karena aku akan angkat kaki jam 04.00 esoknya. Aku sih mengiyakan saja. Pasalnya, dia sudah baik banget ke aku. Aku sudah diperbolehkan menginap tambahan satu hari tanpa charge biaya. Padahal di perjanjian sudah tercantum untuk biaya menginap tambahan satu hari dikenakan 20 euro.
Sampai di kamar, student manager memeriksa atap lemari dan kusen jendela. Busyeet.. detail banget. Hasilnya, kamarku dikatakan masih kotor dan harus dibersihkan lagi. Ya iyalah, atap lemari dan kusen jendela memang luput dari perhatianku. Setengah jam kemudian, student manager datang lagi untuk mengecek dan kamarku dinyatakan "Bersih". Huf, satu problem selesai. Student manager berpesan untuk mengosongkan rak lemari esku, tapi ini sudah kulakukan sebelumnya.
Aku bersiap untuk tidur, tapi datang teman dari Indonesia untuk say Good bye..
Tak terasa, jam menunjukkan pukul 1 malam. Timbul kekhawatiran bahwa aku tidak akan bisa bangun jam 4. Kupasang alarm HP keras2, takut tidak kedengaran. Lalu tidurlah aku secara sembarangan, entah tidur apa tidak. tahu-tahu sudah jam 4 pagi. Setengah melompat aku menuju kamar mandi, ketika balik dari kamar mandi, Hoalah ketemu student yang baru pulang pesta. Ya, mereka hanya mengernyit dan surprise melihat aku sudah mandi. Heran pasti ya hehe...
Aku mulai mengeluarkan sisa2 bumbu dan lain2 dari kamarku. Teman2, kalau sedang musim pindahan gini, dapur jadi penuh makanan tanpa tuan. Apel2 bergelindingan, bubuk kopi berbungkus2, piring2, semua gratis boleh diambil hehe.. Aku letakkan kunci kamar di tempat yang telah disepakati dengan student manager.
Kutarik koperku menuruni tangga, walah berat banget. Aku takut kalau beratnya melebihi kuota 30 kg. Alhamdulillah, langit cerah, salju tidak turun. Dalam kegelapan malam, aku dorong tasku, untungnya setiap jalan aspalnya mulus. Berkali-kali aku ketemu student yang baru pulang bergadang sambil mabuk. Sudah biasalah di sini.. Kerjaan mendorong kereta telah membuatku ngos-ngosan, udara dingin terasa tidak begitu menggigit.
Sampai di stasiun. Aku periksa lagi tiketku, ada. Tanggal? 2 Februari. Good. Ini adalah kereta pertama dari Groningen ke Schipol. Mesin2 di panaskan, aku naik kereta sambil menunjukkan tiket ke petugas. Terjadi keributan kecil di depan gerbong, sekelompok mudi2 beradu mulut dengan penjaga gerbong sambil menunjuk-nunjuk karcisnya. Entah karena apa... Di Belanda sini gerbong kereta tidak penuh, ada ruang untuk menaruh sepeda, koper gedhe dan lain-lain, jadi tidak terlalu bersalah kepada penumpang lain. Aku duduk di samping koper gedheku, bersama-sama dengan penumpang lain yang punya koper gedhe hehe... Perjalanan relatif mulus, aku mendesah melihat jendela sepanjang perjalanan sambil mengucap syukur sudah diberi pengalaman luar biasa untuk bisa mengunjungi Kota Groningen ini.
Dua jam kemudian sampai di Schipol..
Entahlah, aku melihat Schipol tidak semegah ketika pertama kali datang. Sudah biasa saja tuh hehe.. Ketika antri di loket MAS, ada ibu2 dari Vietnam berkebangsaan Belanda yang sangat baik hati mengajakku ngobrol. Ia bercerita tentang suaminya yang baru tiada. Suaminya tersebut orang Belanda, baik banget dan minta dikuburkan di Vietnam. Tahu tidak, ia membawa abu suaminya dan bunga tulip tiruan agar suaminya bahagia di kuburnya nanti. Aku trenyuh..
Tahu tidak, ibu itu memberiku uang 2 euro setelah melihat aku banyak membawa uang euro receh. Aku berdalih, ada teman yang ingin lihat uang euro. Dengan bahasa inggris yang terbata2, kami mengobrol dalam suasana akrab tanpa curiga.
Ketika loket MAS dibuka, deg-degan juga dengan timbangan koperku. Ternyata, cuma 22 kg. Waduh, tahu gitu semua sudah aku angkut hehe.. Ketika urusan koper beres, aku keliling2 airport. Capek keliling, nyeruput coklat anget di Starbuck. Haha... sok gaya juga jadinya, seumur-umur baru pertama ini ke Starbuck. Swear, enak memang, apalagi sambil melihat pesawat landing dan take off.
Waduh, capek, nanti di sambung lagi ya.. Makasih
Pesawat yang menerbangkanku dari Amsterdam ke Jakarta via Kuala lumpur..
Setelah tiga bulan tinggal di Belanda, dengan segala suka dukanya, maka tibalah saat kepulangan ke tanah air tercinta. Wuih, sebelum kita berkunjung ke Luar Negeri dan tinggal lama di negeri orang, kita tidak akan pernah tahu indahnya mengucapkan "tanah air tercinta" hehe.. Sebelumnya, aku manfaatkan sisa2 hari di Belanda untuk mengunjungi Amsterdam untuk kedua kali dan berbelanja bermacam-macam suvenir dan coklat.
Bermacam-macam ukuran coklat yang aku bawa pulang, semua aku beli di Kruidvart, mumpung ada diskon.
Tetap saja kurang setiba di tanah air..
Sebelum pulang, janjian dulu sama student manager di housing untuk melakukan inspeksi terakhir. Kebetulan, akhir bulan Februari adalah hari-hari sibuk bagi student manager karena banyak banget mahasiswa yang pulang atau ganti housing.
Student manager membuat janji kamis malam jam 10.00 karena aku akan angkat kaki jam 04.00 esoknya. Aku sih mengiyakan saja. Pasalnya, dia sudah baik banget ke aku. Aku sudah diperbolehkan menginap tambahan satu hari tanpa charge biaya. Padahal di perjanjian sudah tercantum untuk biaya menginap tambahan satu hari dikenakan 20 euro.
Sampai di kamar, student manager memeriksa atap lemari dan kusen jendela. Busyeet.. detail banget. Hasilnya, kamarku dikatakan masih kotor dan harus dibersihkan lagi. Ya iyalah, atap lemari dan kusen jendela memang luput dari perhatianku. Setengah jam kemudian, student manager datang lagi untuk mengecek dan kamarku dinyatakan "Bersih". Huf, satu problem selesai. Student manager berpesan untuk mengosongkan rak lemari esku, tapi ini sudah kulakukan sebelumnya.
Aku bersiap untuk tidur, tapi datang teman dari Indonesia untuk say Good bye..
Tak terasa, jam menunjukkan pukul 1 malam. Timbul kekhawatiran bahwa aku tidak akan bisa bangun jam 4. Kupasang alarm HP keras2, takut tidak kedengaran. Lalu tidurlah aku secara sembarangan, entah tidur apa tidak. tahu-tahu sudah jam 4 pagi. Setengah melompat aku menuju kamar mandi, ketika balik dari kamar mandi, Hoalah ketemu student yang baru pulang pesta. Ya, mereka hanya mengernyit dan surprise melihat aku sudah mandi. Heran pasti ya hehe...
Aku mulai mengeluarkan sisa2 bumbu dan lain2 dari kamarku. Teman2, kalau sedang musim pindahan gini, dapur jadi penuh makanan tanpa tuan. Apel2 bergelindingan, bubuk kopi berbungkus2, piring2, semua gratis boleh diambil hehe.. Aku letakkan kunci kamar di tempat yang telah disepakati dengan student manager.
Kutarik koperku menuruni tangga, walah berat banget. Aku takut kalau beratnya melebihi kuota 30 kg. Alhamdulillah, langit cerah, salju tidak turun. Dalam kegelapan malam, aku dorong tasku, untungnya setiap jalan aspalnya mulus. Berkali-kali aku ketemu student yang baru pulang bergadang sambil mabuk. Sudah biasalah di sini.. Kerjaan mendorong kereta telah membuatku ngos-ngosan, udara dingin terasa tidak begitu menggigit.
Sampai di stasiun. Aku periksa lagi tiketku, ada. Tanggal? 2 Februari. Good. Ini adalah kereta pertama dari Groningen ke Schipol. Mesin2 di panaskan, aku naik kereta sambil menunjukkan tiket ke petugas. Terjadi keributan kecil di depan gerbong, sekelompok mudi2 beradu mulut dengan penjaga gerbong sambil menunjuk-nunjuk karcisnya. Entah karena apa... Di Belanda sini gerbong kereta tidak penuh, ada ruang untuk menaruh sepeda, koper gedhe dan lain-lain, jadi tidak terlalu bersalah kepada penumpang lain. Aku duduk di samping koper gedheku, bersama-sama dengan penumpang lain yang punya koper gedhe hehe... Perjalanan relatif mulus, aku mendesah melihat jendela sepanjang perjalanan sambil mengucap syukur sudah diberi pengalaman luar biasa untuk bisa mengunjungi Kota Groningen ini.
Dua jam kemudian sampai di Schipol..
Entahlah, aku melihat Schipol tidak semegah ketika pertama kali datang. Sudah biasa saja tuh hehe.. Ketika antri di loket MAS, ada ibu2 dari Vietnam berkebangsaan Belanda yang sangat baik hati mengajakku ngobrol. Ia bercerita tentang suaminya yang baru tiada. Suaminya tersebut orang Belanda, baik banget dan minta dikuburkan di Vietnam. Tahu tidak, ia membawa abu suaminya dan bunga tulip tiruan agar suaminya bahagia di kuburnya nanti. Aku trenyuh..
Tahu tidak, ibu itu memberiku uang 2 euro setelah melihat aku banyak membawa uang euro receh. Aku berdalih, ada teman yang ingin lihat uang euro. Dengan bahasa inggris yang terbata2, kami mengobrol dalam suasana akrab tanpa curiga.
Ketika loket MAS dibuka, deg-degan juga dengan timbangan koperku. Ternyata, cuma 22 kg. Waduh, tahu gitu semua sudah aku angkut hehe.. Ketika urusan koper beres, aku keliling2 airport. Capek keliling, nyeruput coklat anget di Starbuck. Haha... sok gaya juga jadinya, seumur-umur baru pertama ini ke Starbuck. Swear, enak memang, apalagi sambil melihat pesawat landing dan take off.
Waduh, capek, nanti di sambung lagi ya.. Makasih
Pesawat yang menerbangkanku dari Amsterdam ke Jakarta via Kuala lumpur..
Rabu, 30 Januari 2013
Gegar budaya di Belanda..
Datang ke Belanda pertama kali, pastinya gegar budaya dong... Bukannya bermaksud menghina atau melecehkan budaya lain, tapi pengetahuan akan budaya lain akan memberikan pemahaman perihal budaya tersebut. Berikut hal-hal baru yang kutemui di Belanda yang telah memperkaya pengetahuanku :
1. Kalau bertemu atau berpapasan orang lain yang tidak kita kenal, ucapkan hello, hai, hola, dll. Kalau sudah kenal, tentu saja dilanjutkan menjadi "how are you, how are you doing, etc". Kalau mau berpisah, ucapkan 'bye".
Aku tinggal di International student house dengan jumlah penghuni sebanyak 300 orang. Tentu saja aku tidak kenal mereka satu per satu, namun setiap kali ketemu mereka di tangga, di dapur, di ruang laundry, di kamar mandi, kita harus menyapa "Hi". Kemudian, aku mengira kalau sudah mengucapkan "thank you" maka percakapan akan terputus, tapi ternyata tidak. Lawan bicara akan terus menunggu kita sampai kita mengucapkan "bye". So, ternyata bule tidak seegois yang aku kira..
2. Urusan kamar mandi. Entah di kota lain, di Groningen kalau BAB harus pakai tissue, padahal kalau di Indonesia meski cebok pakai air segalon masih belum puas hehe.. (pengalaman pribadi dot com). Maaf kalau bahasan ini agak saru, tapi aku tidak akan pernah bisa terbiasa dengan kultur baru ini. Untungnya BABku teratur di pagi hari, jadi setelah cebok dengan tissue aku langsung mandi pagi di shower yang jaraknya 10 meter. Jadi saudara2, mari biasakan dari sekarang BAB pakai tissue biar hemat air hehe... dan tidak gegar budaya di Belanda hehe...
3. Makan bersama adalah sarana untuk bersosialisasi. Jadi, kalau kita jago masak dan sering pergi ke dapur, temannya pasti banyak :). Jangan seperti aku ya yang ga bisa masak, jadi jarang ke dapur dan bertemu teman2 (tapi aku janji kalau sudah pulang ke Indon akan belajar masak kok haha...). Aku bisanya cuma yang instant2 saja.
Apalagi kalau acara makan2nya di kafe, seru ngobrol ngalor ngidul sama teman2. Kalau ada teman yang ngajak makan di luar, mau saja. Kafe di sini bukan tempat mesum kok. Cuma kalau sering2 mungkin membuat kantong jebol kali ya, terutama aku yang cuma mengandalkan beasiswa.
4. Jangan bertanya pada orang2 yang jalannya cepat, karena dipastikan dia sedang terburu2 dan mengejar waktu.
Pertama datang ke Groningen, karena aku tidak membawa peta, maka aku bermaksud bertanya pada orang2 yang lalu lalang di jalan. Karena aku bertanya pada orang yang jalannya cepat, dia menjawab cuek "I don't know" (nelongso waktu itu hehe.. ). Tapi kalau bertanya pada orang2 atau student lain yang sedang santai, kita akan dilayani kok.
Setelah 3 bulan disini, ternyata aku mempunyai kebiasaan sama. Kalau waktu sedang mepet dan ada yang bertanya arah, aku hanya menyahut "I'm sorry, could you please ask to another person?" dan buru2 pergi mengejar bis langgananku. Kalau tidak gitu, bis selanjutnya akan datang agak lama kemudian dan aku bisa terlambat!
5. Kencingpun tanpa air untuk membasuh. Aku berpikir, jorok banget ya orang bule itu, tapi aku selalu bawa tissue kok kalau mau kencing. Kadang kalau sedang kencing sendirian, sehabis menyiram toilet, aku menampung sisa2 air untuk membasuh alat vital. Susah banget sih mau jadi orang bule..
Tapi tahu ga, airnya itu dingiiiiin banget, entah karena sedang winter atau apa. Aku bisa membayangkan kalau kita sering2 ke toilet lalu membasuh alat vital kita dengan air es, kemudian membasuh kaki kita dengan air es, wuiihhh mana tahan...
6. Belajarlah menggunakan oven, microwave, mesin cuci dan pengering. Hal ini bisa sangat membantu dan save our time.
Oven di housingku tersedia di tiap dapur dan boleh digunakan siapa saja tanpa biaya tambahan hehe... Bagi yang gemar membuat kue, surga dunia tuh untuk eksperimen. Tapi, student2 lain juga banyak yang menggunakan oven ini untuk menghangatkan makanan cepat saji beku. Nyaman bukan?!..
Microwave juga wajib diketahui. Sekedar menghangatkan susu, memasak kentang, dll, teman2 suka menggunakan mesin ini. Awalnya aku tak tahu bagaimana cara menggunakan mesin ini, namun setelah belajar dari google dan praktek sendiri ketika student2 lain sedang tertidur, akhirnya bisa juga. Dasar katrok..
Mesin cuci yang banyak digunakan di sini adalah jenis mesin cuci yang di Indonesia jadi tumpuan usaha cuci kiloan itu lho. Pertama sih bingung, ini mau diputer ke mana ya? Untung ada teman dari Indon yang duluan datang, jadi minta bantuan deh (makasih ya Mira). Nyuci ini ga perlu ditunggu, kira2 saja jam berapa nanti mesin cuci akan berhenti. Biasanya sih 30 menit untuk sneilwash dan 1,5 jam untuk cuci bahan syntetis. Kalau lupa, cucian kita akan dikeluarkan dari mesin cuci dan ditaruh diatasnya, karena yang antri mesin cuci masih banyak.
Setelah nyuci, biar cepat kering cucian dikeringkan pakai mesin pengering dong.. Bingung cara pakainya? Browsing internet lagi lewat mbah google.
7. Jangan lupa jalannya di sebelah kanan ya.
8. Kebanyakan orang Belanda menulis dengan ballpoint biru.
9. Taksi di sini mempunyai plat nomor biru, sedangkan mobil pribadi mempunyai plat nomor kuning. Ini yang membuat aku bingung pertama kali nyari taksi, kok banyak sekali taksi di Belanda ya haha.. Anehnya, jarang ada penumpangnya haha...
Oke, semoga pengetahuan tadi menambah pemahaman kita akan budaya Belanda yang berbeda. Nanti kalau ada yang ingat ditambah lagi, dui..
1. Kalau bertemu atau berpapasan orang lain yang tidak kita kenal, ucapkan hello, hai, hola, dll. Kalau sudah kenal, tentu saja dilanjutkan menjadi "how are you, how are you doing, etc". Kalau mau berpisah, ucapkan 'bye".
Aku tinggal di International student house dengan jumlah penghuni sebanyak 300 orang. Tentu saja aku tidak kenal mereka satu per satu, namun setiap kali ketemu mereka di tangga, di dapur, di ruang laundry, di kamar mandi, kita harus menyapa "Hi". Kemudian, aku mengira kalau sudah mengucapkan "thank you" maka percakapan akan terputus, tapi ternyata tidak. Lawan bicara akan terus menunggu kita sampai kita mengucapkan "bye". So, ternyata bule tidak seegois yang aku kira..
2. Urusan kamar mandi. Entah di kota lain, di Groningen kalau BAB harus pakai tissue, padahal kalau di Indonesia meski cebok pakai air segalon masih belum puas hehe.. (pengalaman pribadi dot com). Maaf kalau bahasan ini agak saru, tapi aku tidak akan pernah bisa terbiasa dengan kultur baru ini. Untungnya BABku teratur di pagi hari, jadi setelah cebok dengan tissue aku langsung mandi pagi di shower yang jaraknya 10 meter. Jadi saudara2, mari biasakan dari sekarang BAB pakai tissue biar hemat air hehe... dan tidak gegar budaya di Belanda hehe...
3. Makan bersama adalah sarana untuk bersosialisasi. Jadi, kalau kita jago masak dan sering pergi ke dapur, temannya pasti banyak :). Jangan seperti aku ya yang ga bisa masak, jadi jarang ke dapur dan bertemu teman2 (tapi aku janji kalau sudah pulang ke Indon akan belajar masak kok haha...). Aku bisanya cuma yang instant2 saja.
Apalagi kalau acara makan2nya di kafe, seru ngobrol ngalor ngidul sama teman2. Kalau ada teman yang ngajak makan di luar, mau saja. Kafe di sini bukan tempat mesum kok. Cuma kalau sering2 mungkin membuat kantong jebol kali ya, terutama aku yang cuma mengandalkan beasiswa.
4. Jangan bertanya pada orang2 yang jalannya cepat, karena dipastikan dia sedang terburu2 dan mengejar waktu.
Pertama datang ke Groningen, karena aku tidak membawa peta, maka aku bermaksud bertanya pada orang2 yang lalu lalang di jalan. Karena aku bertanya pada orang yang jalannya cepat, dia menjawab cuek "I don't know" (nelongso waktu itu hehe.. ). Tapi kalau bertanya pada orang2 atau student lain yang sedang santai, kita akan dilayani kok.
Setelah 3 bulan disini, ternyata aku mempunyai kebiasaan sama. Kalau waktu sedang mepet dan ada yang bertanya arah, aku hanya menyahut "I'm sorry, could you please ask to another person?" dan buru2 pergi mengejar bis langgananku. Kalau tidak gitu, bis selanjutnya akan datang agak lama kemudian dan aku bisa terlambat!
5. Kencingpun tanpa air untuk membasuh. Aku berpikir, jorok banget ya orang bule itu, tapi aku selalu bawa tissue kok kalau mau kencing. Kadang kalau sedang kencing sendirian, sehabis menyiram toilet, aku menampung sisa2 air untuk membasuh alat vital. Susah banget sih mau jadi orang bule..
Tapi tahu ga, airnya itu dingiiiiin banget, entah karena sedang winter atau apa. Aku bisa membayangkan kalau kita sering2 ke toilet lalu membasuh alat vital kita dengan air es, kemudian membasuh kaki kita dengan air es, wuiihhh mana tahan...
6. Belajarlah menggunakan oven, microwave, mesin cuci dan pengering. Hal ini bisa sangat membantu dan save our time.
Oven di housingku tersedia di tiap dapur dan boleh digunakan siapa saja tanpa biaya tambahan hehe... Bagi yang gemar membuat kue, surga dunia tuh untuk eksperimen. Tapi, student2 lain juga banyak yang menggunakan oven ini untuk menghangatkan makanan cepat saji beku. Nyaman bukan?!..
Microwave juga wajib diketahui. Sekedar menghangatkan susu, memasak kentang, dll, teman2 suka menggunakan mesin ini. Awalnya aku tak tahu bagaimana cara menggunakan mesin ini, namun setelah belajar dari google dan praktek sendiri ketika student2 lain sedang tertidur, akhirnya bisa juga. Dasar katrok..
Mesin cuci yang banyak digunakan di sini adalah jenis mesin cuci yang di Indonesia jadi tumpuan usaha cuci kiloan itu lho. Pertama sih bingung, ini mau diputer ke mana ya? Untung ada teman dari Indon yang duluan datang, jadi minta bantuan deh (makasih ya Mira). Nyuci ini ga perlu ditunggu, kira2 saja jam berapa nanti mesin cuci akan berhenti. Biasanya sih 30 menit untuk sneilwash dan 1,5 jam untuk cuci bahan syntetis. Kalau lupa, cucian kita akan dikeluarkan dari mesin cuci dan ditaruh diatasnya, karena yang antri mesin cuci masih banyak.
Setelah nyuci, biar cepat kering cucian dikeringkan pakai mesin pengering dong.. Bingung cara pakainya? Browsing internet lagi lewat mbah google.
7. Jangan lupa jalannya di sebelah kanan ya.
8. Kebanyakan orang Belanda menulis dengan ballpoint biru.
9. Taksi di sini mempunyai plat nomor biru, sedangkan mobil pribadi mempunyai plat nomor kuning. Ini yang membuat aku bingung pertama kali nyari taksi, kok banyak sekali taksi di Belanda ya haha.. Anehnya, jarang ada penumpangnya haha...
Oke, semoga pengetahuan tadi menambah pemahaman kita akan budaya Belanda yang berbeda. Nanti kalau ada yang ingat ditambah lagi, dui..
Selasa, 29 Januari 2013
Amsterdam, XXX and cannabis city..
Kota kedua yang recommended banget untuk dikunjungi semasa di Belanda adalah.. Of course, Amsterdam.
Dari souvenir yang dijual, Amsterdam identik dengan kota XXX dan cannabis hehe.. Kota XXX mungkin berhubungan dengan keberadaan red light district kali ya, sebuah kawasan prostitusi legal di sebuah kawasan tertentu di Amsterdam. Sebutan kota cannabis lekat mungkin karena ganja disini dijual bebas di kafe2 tertentu. Entahlah, kota ini sangat bangga dengan hal-hal tersebut, hingga untuk urusan beli souvenir agak mikir2 dikit.. Siapa ya yang mau jenis souvenir seperti ini hehe...
Good girls go to heaven, bad girls go to Amsterdam..
Ya, begitulah slogan orang2 tentang Amsterdam yang membuat semua orang, termasuk aku, penasaran hehe.. Mumpung masih punya dagkaart, sebelum pulang aku melancong ke Amsterdam, tepatnya Minggu 21 Jan 2013. As usually, suhu masih minus derajat namun rasa ingin tahu tak dapat terbendung sehingga membakar gelora di dada dan menimbulkan rasa hangat yea.. semangat berpetualang!
Berangkat sendiri pukul 05.45, padahal subuh baru pukul 6.30, aku sampai di stasiun Groningen pukul 06.00. Sebenarnya aku ada janji dengan teman dari Nepal untuk pergi bersama dan bertemu di stasiun pukul 06.00. Kereta akan berangkat pukul 06.05. Namun dari papan pengumuman di stasiun diperoleh informasi bahwa karena buruknya cuaca, perjalananan baru dimulai pukul 07.05 dan ada cancel ke beberapa tujuan. Gawat!
Dengan hati dagdigdug aku berangkat sendiri ke Amsterdam pukul 07.05. Temanku masih belum datang, barangkali jadwal bus ikut terganggu karena cuaca buruk sehingga kuputuskan tetap berangkat walau sendiri. Di stasiun Amersfoort aku putuskan ganti kereta sneiltrein ke Amsterdam central, karena aku lihat jadwal kereta intercity ke Amsterdam masih 1 jam lagi. Kereta sneltrein ini berhenti di stasiun kecil-kecil, sedang intercity berhenti di stasiun besar2. Enaknya, waktu tempuhnya sama, jadi lebih baik naik yang paling duluan kan?
TIPS: Jangan panik melihat jadwal kereta api hari sabtu dan minggu yang agak tidak beraturan. Public transport di Belanda sangat tepat waktu, kalau terlambat ada pemberitahuan +x berapa menit di layar monitor. Dalam keadaan emergency, pengumuman selalu dalam bahasa Belanda (dan aku selalu benci tentang hal ini), tapi kita bisa melihat di layar monitor ada apa. Apakah ada kereta yang tidak jadi berangkat atau terlambat datang. Kalau tidak jadi berangkat, pilih kereta yang arahnya mendekati tujuan kita, lalu ganti kereta lagi, dan selanjutnya. Jadi, keep watching the monitor..
Sebelum masuk stasiun Amsterdam central, pemandangan kota pelabuhan segera nampak. Indah sekali, apalagi bangunan2 di Belanda tidak ada yang simetris hehe.. Sekilas tampak monumen "Iamsterdam" tapi aku tidak tahu persisnya dimana haha.. Ya, lain kali kalau ada kesempatan ke Belanda lagi pengen nyari situs tersebut. Amiin.
Destinasi pertama, Amsterdam central..
Entahlah, aku selalu takjub setiap melihat bangunan2 kuno, ya inilah Eropa dengan keanggunan bangunan abad pertengahan yang kemarin2 aku baca di novel atau cerpen. Ya Allah, maka nikmat manakah yang aku dustakan? Terima kasih telah memperjalankan hambaMu ke bumiMu yang lain.
Aku mengikuti kemana orang2 bergerak, dan persis seperti dugaanku, ke arah Damrak. Sebagai jalan utama di Amsterdam, sepanjang jalan ini banyak bertebaran pertokoan, hotel, tempat jual beli souvenir, restoran, pokoknya rame banget. Seru, apalagi diiringi lalu lalang tram dan tawaran wisata keliling Amsterdam lewat kanal2nya. This is Amsterdam, men... Pelancong2 dari segala penjuru dunia tumplek blek disini, jadi jangan heran kalau banyak sekali yang foto2an. Bangunan yang paling besar dan indah di sini adalah Beurs van Berlage.
Di ujung jalan Damrak, terdapat Dam square..
Di sekitar Dam square ini terdapat juga museum Madame Tussauds, tapi aku tidak tertarik untuk masuk. Mungkin karena aku seorang diri kali ya, kalau sama teman2 mungkin ingin mencoba masuk. Di belakang tugu putih tersebut terdapat toko "Dam square souvenirs" tempat jual beli oleh2 buat orang2 di Indon. Toko ini merupakan toko pertama yang kutemui, jadi belanjanya agak banyak.. Ayo belanja .... Tapi kemudian aku ingat istriku, kalau belanja sesuatu pasti sedikit dulu, kemudian beralih ke toko selanjutnya beli sedikit lagi, dan seterusnya. Karena, biasanya ada toko yang paling murah hehe..
Meski demikian, di toko ini aku berbelanja sampai 48 euro walah2..
Tujuan jalan2 selanjutnya adalah melihat dari dekat "The red light district" hehe.. Ingin membuktikan, benar ga sih kata orang2 itu, wanita2 muda berbusana minim dipajang di jendela2 berlampu merah untuk diperdagangkan? Karena aku datang siang, tentu saja lampu dimatikan semua. Sedang asyik melamun sambil jepret sana sini, tiba2 aku mendengar kaca diketuk. Aku menoleh, dan wah... seorang wanita muda dengan size L di sana sini sedang memandang nakal ke arahku sambil telunjuknya memberi isyarat "kemarilah" dan "aku ingin uang". Aku tersenyum sambil berkata "sorry" dan beralih cepat2 dari sana. Apakah aku sudah di red light district?
Aku tidak tahu sedang masuk red light district or not, karena tidak ada tulisan "Anda memasuki kawasan red light district" hehe... Menurutku, kalau kita sudah sampai di De Oude Kerk, berarti kita sudah dekat dengan tempat tsb. Kerk ini berarti gereja. Dalam gambar di atas, kiri kanal adalah De Oude Kerk dan sebelah kanan kanal adalah kawasan red light district. Jadi, pilih sendiri deh mau ke kanan atau ke kiri hehe..
Setelah tahu sedikit tentang red light district, perjalanan selanjutnya..
Bloemenmarkt..
Di pasar ini dijual umbi2an bunga tulip. Tentu aku tidak beli karena aku lebih tertarik pada souvenir2 kecil yang ringan, murah dan mudah kubawa ke Indon. Magnet dan gantungan kunci adalah favoritku. Menurutku harga disini relatif mahal, gantungan kunci aku beli di kawasan ini berharga 4 euro dan aku beli di tempat lain ternyata hanya 2,5 euro.
Gambar diatas diambil dari perempatan jalan Rokin, Singel, Amstel, Muntplein. Dari foto paling atas, sebelah kiri kanal adalah kawasan Bloemenmarkt. Di tempat yang sama, kita bisa melihat tugu (entah apa namanya) dengan lalu lalang tram seperti gambar diatas..
Karena suhu menurutku semakin dingin dan waktu menunjukkan pukul 15.00 aku putuskan pulang sambil jalan lambat2, kali ini mengambil jalan lain yaitu Kalverstraat. Ternyata semua toko2 besar dan tenar terletak di sepanjang jalan ini daripada di jalan Rokin yang berangin dingin. Perjalanan pulang ternyata lebih lambat dari yang kuperkirakan, aku masih mampir2 lagi ke toko souvenir. Kadang, toko menawarkan jenis magnet dan gantungan kunci dengan design berbeda. Dan yang paling murah adalah "Peni souvenirs" di sebelah Koninklijk Paleis.
Akibatnya, aku menjadi sangat lapar. Daripada aku nanti sakit karena kedinginan, aku putuskan untuk makan di restoran halal. Sembari jalan, aku menemukan restoran halal Turki. Alhamdulillah, pemilik warungnya sangat ramah, menyapa dengan salam.. Aku lupa nama restoran dan alamatnya, tapi yang jelas recommended deh. Harganya agak mahal, 14 euro, tapi itu sudah termasuk setengah ayam. Hah? Iya, dan anehnya aku bisa menghabiskannya. Busyet, ini lapar apa kesetanan haha...
Setelah makan, aku berjalan menuju stasiun. Eh, ternyata salju turun dengan derasnya. Hah, senangnya.. Tapi kesenangan bermandi salju hanya sebentar, karena selanjutnya arah angin yang berhembus ke arahku membuat salju turun ke wajah dan mengenai mata. Terpaksa deh berjalan sambil menutupi wajah. Alhamdulillah, aku sampai di stasiun dan cepet2 naik kereta meninggalkan Amsterdam sebelum ada masalah dengan kereta karena hujan salju..
Karena sangat derasnya, kereta menjadi lambat dan berhenti agak lama di beberapa stasiun untuk memastikan jalan kereta aman. Alhamdulillah aman. Dalam perjalan pulang, aku ambil jalur berantai dari Amsterdam central-Schipol-Amersfoort-Assen-Groningen. Wah, tiga bulan di sini membuat aku agak mahir naik kereta hehe.. Sepanjang perjalanan pulang, hujan salju masih turun di banyak kota, namun sampai di Groningen terang benderang hehe... Tapi sangat dingin..
Alhamdulillah, sampai housing lagi, capek tapi menyenangkan petualangan hari ini..
Ayo ke Amsterdam.
Dari souvenir yang dijual, Amsterdam identik dengan kota XXX dan cannabis hehe.. Kota XXX mungkin berhubungan dengan keberadaan red light district kali ya, sebuah kawasan prostitusi legal di sebuah kawasan tertentu di Amsterdam. Sebutan kota cannabis lekat mungkin karena ganja disini dijual bebas di kafe2 tertentu. Entahlah, kota ini sangat bangga dengan hal-hal tersebut, hingga untuk urusan beli souvenir agak mikir2 dikit.. Siapa ya yang mau jenis souvenir seperti ini hehe...
Good girls go to heaven, bad girls go to Amsterdam..
Ya, begitulah slogan orang2 tentang Amsterdam yang membuat semua orang, termasuk aku, penasaran hehe.. Mumpung masih punya dagkaart, sebelum pulang aku melancong ke Amsterdam, tepatnya Minggu 21 Jan 2013. As usually, suhu masih minus derajat namun rasa ingin tahu tak dapat terbendung sehingga membakar gelora di dada dan menimbulkan rasa hangat yea.. semangat berpetualang!
Berangkat sendiri pukul 05.45, padahal subuh baru pukul 6.30, aku sampai di stasiun Groningen pukul 06.00. Sebenarnya aku ada janji dengan teman dari Nepal untuk pergi bersama dan bertemu di stasiun pukul 06.00. Kereta akan berangkat pukul 06.05. Namun dari papan pengumuman di stasiun diperoleh informasi bahwa karena buruknya cuaca, perjalananan baru dimulai pukul 07.05 dan ada cancel ke beberapa tujuan. Gawat!
Dengan hati dagdigdug aku berangkat sendiri ke Amsterdam pukul 07.05. Temanku masih belum datang, barangkali jadwal bus ikut terganggu karena cuaca buruk sehingga kuputuskan tetap berangkat walau sendiri. Di stasiun Amersfoort aku putuskan ganti kereta sneiltrein ke Amsterdam central, karena aku lihat jadwal kereta intercity ke Amsterdam masih 1 jam lagi. Kereta sneltrein ini berhenti di stasiun kecil-kecil, sedang intercity berhenti di stasiun besar2. Enaknya, waktu tempuhnya sama, jadi lebih baik naik yang paling duluan kan?
TIPS: Jangan panik melihat jadwal kereta api hari sabtu dan minggu yang agak tidak beraturan. Public transport di Belanda sangat tepat waktu, kalau terlambat ada pemberitahuan +x berapa menit di layar monitor. Dalam keadaan emergency, pengumuman selalu dalam bahasa Belanda (dan aku selalu benci tentang hal ini), tapi kita bisa melihat di layar monitor ada apa. Apakah ada kereta yang tidak jadi berangkat atau terlambat datang. Kalau tidak jadi berangkat, pilih kereta yang arahnya mendekati tujuan kita, lalu ganti kereta lagi, dan selanjutnya. Jadi, keep watching the monitor..
Sebelum masuk stasiun Amsterdam central, pemandangan kota pelabuhan segera nampak. Indah sekali, apalagi bangunan2 di Belanda tidak ada yang simetris hehe.. Sekilas tampak monumen "Iamsterdam" tapi aku tidak tahu persisnya dimana haha.. Ya, lain kali kalau ada kesempatan ke Belanda lagi pengen nyari situs tersebut. Amiin.
Destinasi pertama, Amsterdam central..
Entahlah, aku selalu takjub setiap melihat bangunan2 kuno, ya inilah Eropa dengan keanggunan bangunan abad pertengahan yang kemarin2 aku baca di novel atau cerpen. Ya Allah, maka nikmat manakah yang aku dustakan? Terima kasih telah memperjalankan hambaMu ke bumiMu yang lain.
Aku mengikuti kemana orang2 bergerak, dan persis seperti dugaanku, ke arah Damrak. Sebagai jalan utama di Amsterdam, sepanjang jalan ini banyak bertebaran pertokoan, hotel, tempat jual beli souvenir, restoran, pokoknya rame banget. Seru, apalagi diiringi lalu lalang tram dan tawaran wisata keliling Amsterdam lewat kanal2nya. This is Amsterdam, men... Pelancong2 dari segala penjuru dunia tumplek blek disini, jadi jangan heran kalau banyak sekali yang foto2an. Bangunan yang paling besar dan indah di sini adalah Beurs van Berlage.
Di ujung jalan Damrak, terdapat Dam square..
Di sekitar Dam square ini terdapat juga museum Madame Tussauds, tapi aku tidak tertarik untuk masuk. Mungkin karena aku seorang diri kali ya, kalau sama teman2 mungkin ingin mencoba masuk. Di belakang tugu putih tersebut terdapat toko "Dam square souvenirs" tempat jual beli oleh2 buat orang2 di Indon. Toko ini merupakan toko pertama yang kutemui, jadi belanjanya agak banyak.. Ayo belanja .... Tapi kemudian aku ingat istriku, kalau belanja sesuatu pasti sedikit dulu, kemudian beralih ke toko selanjutnya beli sedikit lagi, dan seterusnya. Karena, biasanya ada toko yang paling murah hehe..
Meski demikian, di toko ini aku berbelanja sampai 48 euro walah2..
Tujuan jalan2 selanjutnya adalah melihat dari dekat "The red light district" hehe.. Ingin membuktikan, benar ga sih kata orang2 itu, wanita2 muda berbusana minim dipajang di jendela2 berlampu merah untuk diperdagangkan? Karena aku datang siang, tentu saja lampu dimatikan semua. Sedang asyik melamun sambil jepret sana sini, tiba2 aku mendengar kaca diketuk. Aku menoleh, dan wah... seorang wanita muda dengan size L di sana sini sedang memandang nakal ke arahku sambil telunjuknya memberi isyarat "kemarilah" dan "aku ingin uang". Aku tersenyum sambil berkata "sorry" dan beralih cepat2 dari sana. Apakah aku sudah di red light district?
Aku tidak tahu sedang masuk red light district or not, karena tidak ada tulisan "Anda memasuki kawasan red light district" hehe... Menurutku, kalau kita sudah sampai di De Oude Kerk, berarti kita sudah dekat dengan tempat tsb. Kerk ini berarti gereja. Dalam gambar di atas, kiri kanal adalah De Oude Kerk dan sebelah kanan kanal adalah kawasan red light district. Jadi, pilih sendiri deh mau ke kanan atau ke kiri hehe..
Setelah tahu sedikit tentang red light district, perjalanan selanjutnya..
Bloemenmarkt..
Di pasar ini dijual umbi2an bunga tulip. Tentu aku tidak beli karena aku lebih tertarik pada souvenir2 kecil yang ringan, murah dan mudah kubawa ke Indon. Magnet dan gantungan kunci adalah favoritku. Menurutku harga disini relatif mahal, gantungan kunci aku beli di kawasan ini berharga 4 euro dan aku beli di tempat lain ternyata hanya 2,5 euro.
Gambar diatas diambil dari perempatan jalan Rokin, Singel, Amstel, Muntplein. Dari foto paling atas, sebelah kiri kanal adalah kawasan Bloemenmarkt. Di tempat yang sama, kita bisa melihat tugu (entah apa namanya) dengan lalu lalang tram seperti gambar diatas..
Karena suhu menurutku semakin dingin dan waktu menunjukkan pukul 15.00 aku putuskan pulang sambil jalan lambat2, kali ini mengambil jalan lain yaitu Kalverstraat. Ternyata semua toko2 besar dan tenar terletak di sepanjang jalan ini daripada di jalan Rokin yang berangin dingin. Perjalanan pulang ternyata lebih lambat dari yang kuperkirakan, aku masih mampir2 lagi ke toko souvenir. Kadang, toko menawarkan jenis magnet dan gantungan kunci dengan design berbeda. Dan yang paling murah adalah "Peni souvenirs" di sebelah Koninklijk Paleis.
Akibatnya, aku menjadi sangat lapar. Daripada aku nanti sakit karena kedinginan, aku putuskan untuk makan di restoran halal. Sembari jalan, aku menemukan restoran halal Turki. Alhamdulillah, pemilik warungnya sangat ramah, menyapa dengan salam.. Aku lupa nama restoran dan alamatnya, tapi yang jelas recommended deh. Harganya agak mahal, 14 euro, tapi itu sudah termasuk setengah ayam. Hah? Iya, dan anehnya aku bisa menghabiskannya. Busyet, ini lapar apa kesetanan haha...
Setelah makan, aku berjalan menuju stasiun. Eh, ternyata salju turun dengan derasnya. Hah, senangnya.. Tapi kesenangan bermandi salju hanya sebentar, karena selanjutnya arah angin yang berhembus ke arahku membuat salju turun ke wajah dan mengenai mata. Terpaksa deh berjalan sambil menutupi wajah. Alhamdulillah, aku sampai di stasiun dan cepet2 naik kereta meninggalkan Amsterdam sebelum ada masalah dengan kereta karena hujan salju..
Karena sangat derasnya, kereta menjadi lambat dan berhenti agak lama di beberapa stasiun untuk memastikan jalan kereta aman. Alhamdulillah aman. Dalam perjalan pulang, aku ambil jalur berantai dari Amsterdam central-Schipol-Amersfoort-Assen-Groningen. Wah, tiga bulan di sini membuat aku agak mahir naik kereta hehe.. Sepanjang perjalanan pulang, hujan salju masih turun di banyak kota, namun sampai di Groningen terang benderang hehe... Tapi sangat dingin..
Alhamdulillah, sampai housing lagi, capek tapi menyenangkan petualangan hari ini..
Ayo ke Amsterdam.
Minggu, 27 Januari 2013
Jalan2 ke Maastricht di bulan Januari..
Kota mana yang paling cantik di Belanda dan wajib dikunjungi kalau ke Belanda?
Yup, betul, MAASTRICHT..
Aku telah bertanya tentang hal tersebut kepada banyak teman Belanda semasa mengikuti short course. Stiny E Tiggelaar (administrative staff), Amanda Tijsen and Fionne J Naber sepakat menunjuk Maastricht sebagai kota yang paling indah di Belanda. At least, kata Fionne, kota ini adalah kota tertinggi di Belanda? Ng..?? I do not know, cari sendiri jawabannya ya, karena menurutku setinggi2nya kota di Belanda ya tetap saja Belanda itu negara di bawah permukaan laut hehe..
Well, perjalanan ke Masstricht termasuk perjalanan yang paling lama aku rencanakan. Pertama, aku telah mengunjungi situs tripadvisor untuk menggali tempat2 wisata di Maastricht. Kedua, aku telah merencanakan kereta api yang mau aku gunakan. Ketiga, aku telah membuat peta dengan bantuan google map (ups ketahuan dah kalau HPku ga support google maps hehe..)
Perjalanan pertama ke Maastricht, gagal. Waktu itu suhu di Belanda sedang drop untuk kali pertama, cuaca berkabut dan pandangan menjadi terbatas, kalau tidak salah sebelum libur Natal. Perjalananku hanya sampai di Utrecht saja karena jadwal kereta ke semua kota termasuk Maastricht menjadi kalang kabut. Daripada kesasar2, aku putuskan saja jalan2 di Utrecht, ternyata Utrecht juga indah dengan kafe2 pinggir kanal.
Cuaca berkabut dan sangat dingin saat itu..
Perjalanan kedua ke Maastricht, sukses. Aku berangkat tgl 13 Januari 2013 atau sabtu menjelang ujian hehe.. Maaf ya, kebiasaanku ga berubah, aku tidak pernah belajar saat besok mau ujian karena aku sudah belajar seminggu sebelumnya. Jadi sabtu itu kuanggap sebagai refreshing setelah seminggu belajar.
Aku juga sudah membekali diri dengan peta jalur kereta di Belanda. Kalaupun nanti aku ketinggalan kereta yang satu, aku tidak harus menunggu kereta berikutnya selama 30 menit-satu jam, cukup ikuti kereta apa saja asal arahnya mendekati Maastricht hehe.. Lebih jelasnya akses website ini untuk bantuan (http://www.trein-kaart.nl). Tiketnya? Tenang, aku pakai daagkart yang bisa digunakan seharian penuh di kereta mana saja tujuan mana saja..
Untuk perjalanan hari itu, aku ikut kereta arah Utrecht dulu kemudian nyambung ke Eindhoven dan sampai di Maastricht setelah 4,5 jam. Capek, dingin banget sekitar minus 4-5 derajat celcius, tapi ya seneng karena perjalanan ini sempat tertunda.
Stasiun Maastricht
Tujuan pertama, Wilhelminaburg. Aku kurang tahu sejarah jembatan ini, tapi jembatan ini pasti dilewati oleh semua orang yang ingin ke pusat kota Maastricht. Jadi aku hanya mengikuti saja arah berjalannya orang2 itu. Burg sendiri mempunyai arti jembatan.
Jembatan Wilhelminaburg
Aku terus berjalan bagai turis kesasar. Ya, kapan lagi kesasar di negeri orang dan dianggap turis hehe.. Setelah melewati jembatan tersebut, deretan pertokoan menyapa hangat kepada pengunjung. Gimana ga hangat, dalam suhu minus hari itu, toko2 menyediakan pemanas yang hembusannya sampai trotoar hehe.. Aku tidak berniat beli apa2, jadi ya tidak tertarik masuk toko.
Tujuan kedua, Stadhuis Maastricht. Tipe bangunan dan lokasinya hampir sama dengan di Groningen. Kanan kirinya banyak berjualan pedagang kaki lima. Aku sempat ingin membeli Lekkerbek atau Harring di sini, sepertinya enak sekali di tengah suhu minus. Tapi penataan dagangannya tidak menarik sehingga aku mengurungkan niatku. Disini aku bertemu gerombolan student2 dari Indonesia yang asyik foto2. Oke deh, mencari ilmu sambil menikmati waktu di Belanda.
Stadhuis Maastricht
Tujuan kedua, Vrijthof. Tujuan wisata ini sangat terkenal di Maastricht, semua arus wisatawan dipastikan mengalir ke situs ini. Di kelilingi kafe2 dan banyak pertokoan di kanan kirinya, tempat ini menjadi sempurna untuk dikunjungi. Apalagi sambil makan2 di salah satu kafe itu, hmm.. pastinya lebih sedap sambil melihat pejalan kaki lalu lalang. Heran juga ya, dalam suhu minum begini, pengunjung kafe di teras2 masih banyak juga. Ga kedinginan ta?
Vrijthof
Di belakang lokasi Vrijthof sebelah kanan terdapat Basiliek van Sint Servaas dan di sebelah kiri terdapat Basilica of St Servatius. Pertama aku mengunjungi Basiliek van Sint Servaas, disini aku foto2 dan mengabadikan kendaraan wisata sejenis dokar yang digunakan untuk keliling kota Maastricht dengan pemandu wisatanya sekalian. Start awal dari lapangan Vrijthof. Seperti gereja2 di Eropa, gereja Basiliek van Sint Servaas berdiri dengan keanggunan bangunan luar biasa. Ya, persis seperti imajinasiku tentang gereja abad pertengahan.
Kemudian berjalan menuju Basilica of St Servatius dengan menaranya yang dicat merah. Kenapa merah ya? Terus terang aku tidak suka, biarkan saja bangunannya seperti bangunan kuno karena terasa lebih eksotis. Dari sini aku bolak-balik peta untuk mencari arah tujuan selanjutnya. Sarung tangan mulai aku gunakan karena jari2 terasa mulai membeku.
Tujuan berikutnya, Onze lieve Vrouwebasiliek. Lagi-lagi aku tidak tahu sejarah bangunan ini, jangan ditiru ya hehe.. Tapi aku suka kok berwisata mengunjungi bangunan2 kuno. Kalau dalam pengelompokan wisatawan, tipeku ini adalah tipe "lihat-lihat saja" dan tercatat sebagai tipe pelancong terbanyak. Horrai..
Onze lieve Vrouwebasiliek
Melanjutkan perjalanan, aku mengunjungi helport. Aku suka banget dengan situs satu ini, mengingatkan akan kastil-kastil Inggris tatkala membaca buku Enyd Blyton "Lima Sekawan" atau buku2 lain.
Helport
Bangunan ini dikelilingi oleh rumput hijau menawan dengan sinar matahari terik yang indah. Eit, jangan salah, meski matahari bersinar garang suhu tetap minus lho ya. Jadi jangan tertipu oleh sinar matahari. Di lapangan rumput juga terdapat bom mesiu kuno, mungkin samalah dengan benteng Van den Berg yang di Jogja. Sebenarnya aku ingin duduk2 di taman sekitar helport karena viewnya sangat amazing, tapi cuaca sedang tidak mendukung alias dingin banget.
Setelah itu perjalanan sebenarnya ingin aku lanjutkan ke Fort St Pieter tapi aku kesasar ga tahu jalan lagi. Artinya, jalan yang aku lalui waktu itu tidak ada di peta. Jadi aku putuskan saja pulang ke Groningen. Eh, dalam rangka mencari-cari jalan ke Fort St Pieter aku dapat gambar iring-iringan marching band. Hebat ya meneer2 dan mevouw2 itu, dingin2 gini masih pakai pakaian mini hihi.. Enjoy..
Aku sudah tidak tahan dingin, waktu sudah menunjukkan pukul 13. Kalau lancar, kereta berangkat pukul 14 dan akan sampai di Groningen pukul 18.30. Pasti sudah gelap banget karena maghrib pukul 16.30. Jadi berangkat masih gelap pulang sudah gelap hehe.. Dalam perjalanan ke arah stasiun, aku berharap menemukan warung halal. Bekal rotiku sudah habis sedari tadi dan sekarang perut meronta minta diisi karena suhu sedang dingin2nya. Akhirnya di jalan Wilhelminasingel aku ketemu warung Indonesia..
Alhamdulillah..
Warung itu tergolong gedhe dengan nama khas sangat Indonesia. Aku lupa namanya, tapi kalau orang Indonesia pasti langsung kenal. Namanya "Gembira" kalau tidak salah (maaf, agak pelupa..). Variasi makanannya banyak banget dan enak2, top dah. Pramusajinya ada dua, satu cewek Belanda dan satu lagi cowok dari Indonesia. Aku dilayani cewek dari Belanda, ketika aku minta sate ayam dia cekatan ambil satenya, tanya apakah aku suka pedas atau tidak, ingin sate hangat atau tidak, pakai nasi apa lontong, bungkus atau makan ditempat, pakai krupuk atau tidak. Busyet, tanyanya lengkap kan? Krupuk, gratis?? Sayang jawabannya Nee.
Di warung ini aku bertemu pasangan dari surabaya yang sudah merantau ke Belanda dan menjadi warga negara Belanda lebih dari 50 tahun! Wah, wah,.. sudah lama banget ya. Ketika aku beritahu kalau aku dari Groningen, mereka bilang "Wah, jauh sekali ya". Aku hanya ngobrol basa-basi dengan pasangan tsb, lupa juga tanya nama, tapi yang jelas seneng ketemu sesama orang Indonesia di perantauan.
Kereta berangkat ke Groningen pukul 14.30 dan ganti kereta di Utrecht. Di dalam kereta aku makan sate ayam yang aku beli dari warung "Gembira?" tadi. Ga peduli penumpang lain, lapaaar.. Di Utrecht aku masih sempat nyari2 toko The North Face, tapi harga jaketnya mahal banget, jadi urung beli.. Perjalanan dilanjutkan ke Groningen dan alhamdulillah, selamat tiba housing lagi.
Ayo ke Maastricht.
Yup, betul, MAASTRICHT..
Aku telah bertanya tentang hal tersebut kepada banyak teman Belanda semasa mengikuti short course. Stiny E Tiggelaar (administrative staff), Amanda Tijsen and Fionne J Naber sepakat menunjuk Maastricht sebagai kota yang paling indah di Belanda. At least, kata Fionne, kota ini adalah kota tertinggi di Belanda? Ng..?? I do not know, cari sendiri jawabannya ya, karena menurutku setinggi2nya kota di Belanda ya tetap saja Belanda itu negara di bawah permukaan laut hehe..
Well, perjalanan ke Masstricht termasuk perjalanan yang paling lama aku rencanakan. Pertama, aku telah mengunjungi situs tripadvisor untuk menggali tempat2 wisata di Maastricht. Kedua, aku telah merencanakan kereta api yang mau aku gunakan. Ketiga, aku telah membuat peta dengan bantuan google map (ups ketahuan dah kalau HPku ga support google maps hehe..)
Perjalanan pertama ke Maastricht, gagal. Waktu itu suhu di Belanda sedang drop untuk kali pertama, cuaca berkabut dan pandangan menjadi terbatas, kalau tidak salah sebelum libur Natal. Perjalananku hanya sampai di Utrecht saja karena jadwal kereta ke semua kota termasuk Maastricht menjadi kalang kabut. Daripada kesasar2, aku putuskan saja jalan2 di Utrecht, ternyata Utrecht juga indah dengan kafe2 pinggir kanal.
Cuaca berkabut dan sangat dingin saat itu..
Perjalanan kedua ke Maastricht, sukses. Aku berangkat tgl 13 Januari 2013 atau sabtu menjelang ujian hehe.. Maaf ya, kebiasaanku ga berubah, aku tidak pernah belajar saat besok mau ujian karena aku sudah belajar seminggu sebelumnya. Jadi sabtu itu kuanggap sebagai refreshing setelah seminggu belajar.
Aku juga sudah membekali diri dengan peta jalur kereta di Belanda. Kalaupun nanti aku ketinggalan kereta yang satu, aku tidak harus menunggu kereta berikutnya selama 30 menit-satu jam, cukup ikuti kereta apa saja asal arahnya mendekati Maastricht hehe.. Lebih jelasnya akses website ini untuk bantuan (http://www.trein-kaart.nl). Tiketnya? Tenang, aku pakai daagkart yang bisa digunakan seharian penuh di kereta mana saja tujuan mana saja..
Untuk perjalanan hari itu, aku ikut kereta arah Utrecht dulu kemudian nyambung ke Eindhoven dan sampai di Maastricht setelah 4,5 jam. Capek, dingin banget sekitar minus 4-5 derajat celcius, tapi ya seneng karena perjalanan ini sempat tertunda.
Stasiun Maastricht
Tujuan pertama, Wilhelminaburg. Aku kurang tahu sejarah jembatan ini, tapi jembatan ini pasti dilewati oleh semua orang yang ingin ke pusat kota Maastricht. Jadi aku hanya mengikuti saja arah berjalannya orang2 itu. Burg sendiri mempunyai arti jembatan.
Jembatan Wilhelminaburg
Aku terus berjalan bagai turis kesasar. Ya, kapan lagi kesasar di negeri orang dan dianggap turis hehe.. Setelah melewati jembatan tersebut, deretan pertokoan menyapa hangat kepada pengunjung. Gimana ga hangat, dalam suhu minus hari itu, toko2 menyediakan pemanas yang hembusannya sampai trotoar hehe.. Aku tidak berniat beli apa2, jadi ya tidak tertarik masuk toko.
Tujuan kedua, Stadhuis Maastricht. Tipe bangunan dan lokasinya hampir sama dengan di Groningen. Kanan kirinya banyak berjualan pedagang kaki lima. Aku sempat ingin membeli Lekkerbek atau Harring di sini, sepertinya enak sekali di tengah suhu minus. Tapi penataan dagangannya tidak menarik sehingga aku mengurungkan niatku. Disini aku bertemu gerombolan student2 dari Indonesia yang asyik foto2. Oke deh, mencari ilmu sambil menikmati waktu di Belanda.
Stadhuis Maastricht
Tujuan kedua, Vrijthof. Tujuan wisata ini sangat terkenal di Maastricht, semua arus wisatawan dipastikan mengalir ke situs ini. Di kelilingi kafe2 dan banyak pertokoan di kanan kirinya, tempat ini menjadi sempurna untuk dikunjungi. Apalagi sambil makan2 di salah satu kafe itu, hmm.. pastinya lebih sedap sambil melihat pejalan kaki lalu lalang. Heran juga ya, dalam suhu minum begini, pengunjung kafe di teras2 masih banyak juga. Ga kedinginan ta?
Vrijthof
Di belakang lokasi Vrijthof sebelah kanan terdapat Basiliek van Sint Servaas dan di sebelah kiri terdapat Basilica of St Servatius. Pertama aku mengunjungi Basiliek van Sint Servaas, disini aku foto2 dan mengabadikan kendaraan wisata sejenis dokar yang digunakan untuk keliling kota Maastricht dengan pemandu wisatanya sekalian. Start awal dari lapangan Vrijthof. Seperti gereja2 di Eropa, gereja Basiliek van Sint Servaas berdiri dengan keanggunan bangunan luar biasa. Ya, persis seperti imajinasiku tentang gereja abad pertengahan.
Kemudian berjalan menuju Basilica of St Servatius dengan menaranya yang dicat merah. Kenapa merah ya? Terus terang aku tidak suka, biarkan saja bangunannya seperti bangunan kuno karena terasa lebih eksotis. Dari sini aku bolak-balik peta untuk mencari arah tujuan selanjutnya. Sarung tangan mulai aku gunakan karena jari2 terasa mulai membeku.
Tujuan berikutnya, Onze lieve Vrouwebasiliek. Lagi-lagi aku tidak tahu sejarah bangunan ini, jangan ditiru ya hehe.. Tapi aku suka kok berwisata mengunjungi bangunan2 kuno. Kalau dalam pengelompokan wisatawan, tipeku ini adalah tipe "lihat-lihat saja" dan tercatat sebagai tipe pelancong terbanyak. Horrai..
Onze lieve Vrouwebasiliek
Melanjutkan perjalanan, aku mengunjungi helport. Aku suka banget dengan situs satu ini, mengingatkan akan kastil-kastil Inggris tatkala membaca buku Enyd Blyton "Lima Sekawan" atau buku2 lain.
Helport
Bangunan ini dikelilingi oleh rumput hijau menawan dengan sinar matahari terik yang indah. Eit, jangan salah, meski matahari bersinar garang suhu tetap minus lho ya. Jadi jangan tertipu oleh sinar matahari. Di lapangan rumput juga terdapat bom mesiu kuno, mungkin samalah dengan benteng Van den Berg yang di Jogja. Sebenarnya aku ingin duduk2 di taman sekitar helport karena viewnya sangat amazing, tapi cuaca sedang tidak mendukung alias dingin banget.
Setelah itu perjalanan sebenarnya ingin aku lanjutkan ke Fort St Pieter tapi aku kesasar ga tahu jalan lagi. Artinya, jalan yang aku lalui waktu itu tidak ada di peta. Jadi aku putuskan saja pulang ke Groningen. Eh, dalam rangka mencari-cari jalan ke Fort St Pieter aku dapat gambar iring-iringan marching band. Hebat ya meneer2 dan mevouw2 itu, dingin2 gini masih pakai pakaian mini hihi.. Enjoy..
Aku sudah tidak tahan dingin, waktu sudah menunjukkan pukul 13. Kalau lancar, kereta berangkat pukul 14 dan akan sampai di Groningen pukul 18.30. Pasti sudah gelap banget karena maghrib pukul 16.30. Jadi berangkat masih gelap pulang sudah gelap hehe.. Dalam perjalanan ke arah stasiun, aku berharap menemukan warung halal. Bekal rotiku sudah habis sedari tadi dan sekarang perut meronta minta diisi karena suhu sedang dingin2nya. Akhirnya di jalan Wilhelminasingel aku ketemu warung Indonesia..
Alhamdulillah..
Warung itu tergolong gedhe dengan nama khas sangat Indonesia. Aku lupa namanya, tapi kalau orang Indonesia pasti langsung kenal. Namanya "Gembira" kalau tidak salah (maaf, agak pelupa..). Variasi makanannya banyak banget dan enak2, top dah. Pramusajinya ada dua, satu cewek Belanda dan satu lagi cowok dari Indonesia. Aku dilayani cewek dari Belanda, ketika aku minta sate ayam dia cekatan ambil satenya, tanya apakah aku suka pedas atau tidak, ingin sate hangat atau tidak, pakai nasi apa lontong, bungkus atau makan ditempat, pakai krupuk atau tidak. Busyet, tanyanya lengkap kan? Krupuk, gratis?? Sayang jawabannya Nee.
Di warung ini aku bertemu pasangan dari surabaya yang sudah merantau ke Belanda dan menjadi warga negara Belanda lebih dari 50 tahun! Wah, wah,.. sudah lama banget ya. Ketika aku beritahu kalau aku dari Groningen, mereka bilang "Wah, jauh sekali ya". Aku hanya ngobrol basa-basi dengan pasangan tsb, lupa juga tanya nama, tapi yang jelas seneng ketemu sesama orang Indonesia di perantauan.
Kereta berangkat ke Groningen pukul 14.30 dan ganti kereta di Utrecht. Di dalam kereta aku makan sate ayam yang aku beli dari warung "Gembira?" tadi. Ga peduli penumpang lain, lapaaar.. Di Utrecht aku masih sempat nyari2 toko The North Face, tapi harga jaketnya mahal banget, jadi urung beli.. Perjalanan dilanjutkan ke Groningen dan alhamdulillah, selamat tiba housing lagi.
Ayo ke Maastricht.
Langganan:
Postingan (Atom)